H
|
ai adik- adik, apa
kabar ? Kakak mau bercerita tentang seekor ayam jago yang gagah perkasa.
Tajinya sangat runcing, tubuhnya besar dan kuat. Banyak musuh-musuhnya takut
kepada si Hitam.
Suatu sore, si
Hitam mengajak teman- temannya mencari makan di tepi hutan. Tanpa sadar,
ternyata seekor musang mengintip dengan resah. Sudah dua hari sang musang tidak
makan dan membuat perutnya sangat lapar. Air liurnya terus menetes dan matanya
tak lepas dari si Hitam dan teman- temannya. Ia ingin segera memangsa mereka.
Tapi ia tidak
mempunyai cukup keberanian karena sang jago Hitam ada bersama-sama mereka. Ia
cukup gentar menghadapi si Hitam.
Tiba- tiba si
Hitam berkokok nyaring sekali. Hal itu membaut si Musang ketakutan lalu
melarikan diri. Ia berlari ke arah rumput berduri yang diterjangnya tanpa
peduli. Dengan nafas terengah- engah ia lari menjauh dari si hitam. Namun tiba-
tiba ia tersenyum.
“Aha, aku akan
mengecoh si Hitam biar dia tidak berulah,” kata si musang dalam hati.
Lalu Musang menjalankan
rencana jahatnya. Ia lalu mengumpulkan bulu- bulu ayam yang berceberan ,
kemudian ia tempelkan ke badannya. Sekarang musang sudah berbulu ayam. Dia
sudah tidak takut lagi mendekati si Hitam. Apalagi dia merasa dirinya sudah
tidak seperti musang lagi. Maka ia merasa pasti tidak mungkin diserang.
Seperti biasa
ayam- ayam asyik mencari makan. Kesempatan ini oleh Musang tak disia- siakan.
Pura- puranya si Musang mengajak mereka berkenalan, padahal sebenarnya dia
ingin mengajak mereka bermusuhan. Ayam- ayam itu tidak curiga dengan sikap si
musang. Mereka malah mengajaknya bersahabat. Tentu saja hal ini membuat Musang
bergembira, dan ia mulai mendekati sasaran seekor ayam yang gemuk.
Mendadak si
Musang menyergapnya dengan cepat. Sementara si Hitam tampak sedang sibuk. Si
Musang membawa ayam tangkapannya menuju persembunyian, lalu dimangsanya ayam
yang malang itu. Lalu kenyanglah si Musang.
Aksinya tidak
berhenti sampai di sana. Ayam- ayam yang sedang makan terus disasarnya untuk
dijadikan mangsa empuk setiap hari. Sungguh jahat si Musang itu. Suatu hari, si
Hitam berjalan dan melihat tulang- tulang ayam berserakan. Sungguh ia kaget
bukan kepalang. Ia pun geram bukan kepalang. Ia mulai berpikir siapa yang
melakukannya.
Kecurigaan si
Hitam pada si Musang semakin jelas. Maka ia pun bertekad untuk membalas.
Gumamnya, Musang sungguh kurang ajar. Ia menjadi musuh dalam selimut. Akan
kuhajar penjahat itu sampai bertekuk lutut!”
Si Hitam terus mengawasi gerakan si Musang. Teman-
temannya diperhatikan dengan seksama. Lalu matanya memandang kepada seekor ayam
yang aneh bentuknya. “Ini dia pasti si Musang!”teriaknya. Ternyata dugaan si
Hitam benar. Penjahatnya adalah si Musang langsung diserang.
“Ini
pembalasanku! “ si Hitam teriak sambil menerjang si Musang.
Adik- adik, taji
si Hitam tepat mengenai dada si Musang.
Si Musang menjerit dan tubuhnya mengejang, lalu ia terkapar. Ia mati dalam
keadaan mengenaskan. Perbuatannya yang jahat telah mendapat balasan.
A
|
dik- adik, si
Hitam adalah tipikal ayam yang sangat setia kawan. Ia mau membela teman-
temanya yang lemah. Dengan gagah berani ia menghadapi musuh mereka, si Musang
jahat. Perbuatan jahat, sekali pun disembunyikan, kelak akan ketahuan juga.