RSS

Musang dan Si Ayam Hitam

H
ai adik- adik, apa kabar ? Kakak mau bercerita tentang seekor ayam jago yang gagah perkasa. Tajinya sangat runcing, tubuhnya besar dan kuat. Banyak musuh-musuhnya takut kepada si Hitam.

Suatu sore, si Hitam mengajak teman- temannya mencari makan di tepi hutan. Tanpa sadar, ternyata seekor musang mengintip dengan resah. Sudah dua hari sang musang tidak makan dan membuat perutnya sangat lapar. Air liurnya terus menetes dan matanya tak lepas dari si Hitam dan teman- temannya. Ia ingin segera memangsa  mereka.
Tapi ia tidak mempunyai cukup keberanian karena sang jago Hitam ada bersama-sama mereka. Ia cukup gentar menghadapi si Hitam.

Tiba- tiba si Hitam berkokok nyaring sekali. Hal itu membaut si Musang ketakutan lalu melarikan diri. Ia berlari ke arah rumput berduri yang diterjangnya tanpa peduli. Dengan nafas terengah- engah ia lari menjauh dari si hitam. Namun tiba- tiba ia tersenyum.
“Aha, aku akan mengecoh si Hitam biar dia tidak berulah,” kata si musang dalam hati.

Lalu Musang menjalankan rencana jahatnya. Ia lalu mengumpulkan bulu- bulu ayam yang berceberan , kemudian ia tempelkan ke badannya. Sekarang musang sudah berbulu ayam. Dia sudah tidak takut lagi mendekati si Hitam. Apalagi dia merasa dirinya sudah tidak seperti musang lagi. Maka ia merasa pasti tidak mungkin diserang.

Seperti biasa ayam- ayam asyik mencari makan. Kesempatan ini oleh Musang tak disia- siakan. Pura- puranya si Musang mengajak mereka berkenalan, padahal sebenarnya dia ingin mengajak mereka bermusuhan. Ayam- ayam itu tidak curiga dengan sikap si musang. Mereka malah mengajaknya bersahabat. Tentu saja hal ini membuat Musang bergembira, dan ia mulai mendekati sasaran seekor ayam yang gemuk.

Mendadak si Musang menyergapnya dengan cepat. Sementara si Hitam tampak sedang sibuk. Si Musang membawa ayam tangkapannya menuju persembunyian, lalu dimangsanya ayam yang malang itu. Lalu kenyanglah si Musang.

Aksinya tidak berhenti sampai di sana. Ayam- ayam yang sedang makan terus disasarnya untuk dijadikan mangsa empuk setiap hari. Sungguh jahat si Musang itu. Suatu hari, si Hitam berjalan dan melihat tulang- tulang ayam berserakan. Sungguh ia kaget bukan kepalang. Ia pun geram bukan kepalang. Ia mulai berpikir siapa yang melakukannya.

Kecurigaan si Hitam pada si Musang semakin jelas. Maka ia pun bertekad untuk membalas. Gumamnya, Musang sungguh kurang ajar. Ia menjadi musuh dalam selimut. Akan kuhajar penjahat itu sampai bertekuk lutut!”

Si Hitam  terus mengawasi gerakan si Musang. Teman- temannya diperhatikan dengan seksama. Lalu matanya memandang kepada seekor ayam yang aneh bentuknya. “Ini dia pasti si Musang!”teriaknya. Ternyata dugaan si Hitam benar. Penjahatnya adalah si Musang langsung diserang.
“Ini pembalasanku! “ si Hitam teriak sambil menerjang si Musang.

Adik- adik, taji si Hitam tepat mengenai  dada si Musang. Si Musang menjerit dan tubuhnya mengejang, lalu ia terkapar. Ia mati dalam keadaan mengenaskan. Perbuatannya yang jahat telah mendapat balasan.

A
dik- adik, si Hitam adalah tipikal ayam yang sangat setia kawan. Ia mau membela teman- temanya yang lemah. Dengan gagah berani ia menghadapi musuh mereka, si Musang jahat. Perbuatan jahat, sekali pun disembunyikan, kelak akan ketahuan juga.


Lolo Si Anak Harimau Yang Baik Hati

A
dik- adik, pada suatu siang seekor anak harimau yang bernama Lolo pulang dari sekolah. Lolo melihat keledai tua sedang mengemis di pinggir jalan. “Tolong, kasihanilah saya, nak. Sudah berhari- hari saya tidak makan”, kata keledai pengemis.
Lolo merasa kasihan kepada pengemis itu. Ia sangat ingin memberi uang tetapi apa daya uangnya sudaj habis untuk jajan di sekolah. “Apabila rumahku tidak terlalu jauh dari sini, aku mau memberinya makan,” kata Lolo dalam hati. Lolo teringat pada buah pisang yang ada di dalam tasnya. Lalu diambilnya dan diberikan kepada keledai pengemis. “ Terima kasih, nak. Semoga Tuhan memberimu banyak pahal,” kata keledai pengemis dengan gembira.

Adik- adik yang baik hatinya, lalu Lolo melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Di perjalanan tiba- tiba ia teringat akan ayah dan ibunya.
“Ah ..aku berterima kasih padamu Tuhan. Ayah dan ibuku masih bisa menyediakan makanan untukku setiap hari ,”kata Lolo dalam hati.

Tiba- tiba saja ada kerbau naik sepeda yang lewat. Hampir saja Lolo tertabrak. Badan kerbau tampak belum seimbang. Sebentar oleng ke kiri sebentar oleng ke kanan.
Beberapa saat kemudian,”Bruk!” kerbau terjatuh dari sepeda. Lolo segera menolongnya.
“Aduh,kakiku sakit,” rintih kerbau sambil meringis menahan sakit. Ternyata ia memang belum mahir naik sepeda.

Lalu Lolo pun segera menolong dengan memapah kerbau ke pinggir jalan. Lolo membersihkan luka – luka kerbau dengan air putih bekal minumannya.
“Terima kasih ata pertolonganmu,” kata kerbau kepada Lolo.
“Sama- sama,”jawab Lolo dengan ramah.

Lolo mengantar kerbau pulang ke rumahnya. Ayah kerbau kaget melihat kaki anaknya terluka. Lolo menceritakan kepada ayah kerbau bahwa kerbau terjatuh dari sepeda. Setelah mengobati luka abknya, ayah kerbau mengantar Lolo pulang. Betapa senangnya hati Lolo karena itu kali pertama membonceng sepeda motor.

“Lolo, sebentar lagi kita akan tiba di rumahmu,”kata Pak Kerbau.
“Benar ,Pak. Itu rumah saya sudah kelihatan,”jawab Lolo dengan sopan.
Setibanya di rumah, Lolo mempersilahkan Pak Kerbau duduk di kursi tamu. Ayah Lolo kemudian keluar menmui Pak Kerbau. Pak Kerbau lalu menceritakan kebaikan Lolo kepada ayahnya.

“Sungguh baik hati anak Bapak ini. Dia telah menolong anak saya. Entahlah apa jadinya anak saya kalau tidak ada dia, pasti celaka,”kata Pak Kerbau.
Setelah bercakap- cakap sebentar Pak Kerbau bepamitan pulang.

Setelah itu Lolo meletakkan tas sekolahnya lalu berganti pakaian. “ Cuci tangan dulu, ah,” kata Lolo pada dirinya sendiri.Sesaat kemudian ia memejamkan mata untuk berdoa. Bersyukur atas nikmat Tuhan yang boleh diterimanya. Ibu Lolo tersenyum melihat sikap anaknya yang terpuji itu.

Sore harinya Lolo membantu sang ibu menyapu pekarangan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan menyiram tanaman . “Suburlah, tanaman,” ucap Lolo dengan gembira. Selesai semua , ia lalu mandi dan terdengar senandung Lolo di kamar mandi.
Selesai mandi, Lolo belajar. Jam delapan malam adalah waktunya untuk tidur, supaya esok tidak kesiangan ke sekolah. Sekali lagi sebelum tidur Lolo berdoa,” Ya Tuhan, terima kasih karena aku masih boleh menikmati hari ini. Sekarang aku mau tidur, tolongla agar besok aku dapat bangun pagi dalam keadaan segar. Amin”.

                                                                                         
A
dik- adik, Lolo adalah sosok anak harimau yang baik hati. Hidupnya selalu menunjukkan kepudulian kepada orang lain. Maukah adik- adik meniru sikapnya yang terpuji itu ?