RSS

Musang dan Si Ayam Hitam

H
ai adik- adik, apa kabar ? Kakak mau bercerita tentang seekor ayam jago yang gagah perkasa. Tajinya sangat runcing, tubuhnya besar dan kuat. Banyak musuh-musuhnya takut kepada si Hitam.

Suatu sore, si Hitam mengajak teman- temannya mencari makan di tepi hutan. Tanpa sadar, ternyata seekor musang mengintip dengan resah. Sudah dua hari sang musang tidak makan dan membuat perutnya sangat lapar. Air liurnya terus menetes dan matanya tak lepas dari si Hitam dan teman- temannya. Ia ingin segera memangsa  mereka.
Tapi ia tidak mempunyai cukup keberanian karena sang jago Hitam ada bersama-sama mereka. Ia cukup gentar menghadapi si Hitam.

Tiba- tiba si Hitam berkokok nyaring sekali. Hal itu membaut si Musang ketakutan lalu melarikan diri. Ia berlari ke arah rumput berduri yang diterjangnya tanpa peduli. Dengan nafas terengah- engah ia lari menjauh dari si hitam. Namun tiba- tiba ia tersenyum.
“Aha, aku akan mengecoh si Hitam biar dia tidak berulah,” kata si musang dalam hati.

Lalu Musang menjalankan rencana jahatnya. Ia lalu mengumpulkan bulu- bulu ayam yang berceberan , kemudian ia tempelkan ke badannya. Sekarang musang sudah berbulu ayam. Dia sudah tidak takut lagi mendekati si Hitam. Apalagi dia merasa dirinya sudah tidak seperti musang lagi. Maka ia merasa pasti tidak mungkin diserang.

Seperti biasa ayam- ayam asyik mencari makan. Kesempatan ini oleh Musang tak disia- siakan. Pura- puranya si Musang mengajak mereka berkenalan, padahal sebenarnya dia ingin mengajak mereka bermusuhan. Ayam- ayam itu tidak curiga dengan sikap si musang. Mereka malah mengajaknya bersahabat. Tentu saja hal ini membuat Musang bergembira, dan ia mulai mendekati sasaran seekor ayam yang gemuk.

Mendadak si Musang menyergapnya dengan cepat. Sementara si Hitam tampak sedang sibuk. Si Musang membawa ayam tangkapannya menuju persembunyian, lalu dimangsanya ayam yang malang itu. Lalu kenyanglah si Musang.

Aksinya tidak berhenti sampai di sana. Ayam- ayam yang sedang makan terus disasarnya untuk dijadikan mangsa empuk setiap hari. Sungguh jahat si Musang itu. Suatu hari, si Hitam berjalan dan melihat tulang- tulang ayam berserakan. Sungguh ia kaget bukan kepalang. Ia pun geram bukan kepalang. Ia mulai berpikir siapa yang melakukannya.

Kecurigaan si Hitam pada si Musang semakin jelas. Maka ia pun bertekad untuk membalas. Gumamnya, Musang sungguh kurang ajar. Ia menjadi musuh dalam selimut. Akan kuhajar penjahat itu sampai bertekuk lutut!”

Si Hitam  terus mengawasi gerakan si Musang. Teman- temannya diperhatikan dengan seksama. Lalu matanya memandang kepada seekor ayam yang aneh bentuknya. “Ini dia pasti si Musang!”teriaknya. Ternyata dugaan si Hitam benar. Penjahatnya adalah si Musang langsung diserang.
“Ini pembalasanku! “ si Hitam teriak sambil menerjang si Musang.

Adik- adik, taji si Hitam tepat mengenai  dada si Musang. Si Musang menjerit dan tubuhnya mengejang, lalu ia terkapar. Ia mati dalam keadaan mengenaskan. Perbuatannya yang jahat telah mendapat balasan.

A
dik- adik, si Hitam adalah tipikal ayam yang sangat setia kawan. Ia mau membela teman- temanya yang lemah. Dengan gagah berani ia menghadapi musuh mereka, si Musang jahat. Perbuatan jahat, sekali pun disembunyikan, kelak akan ketahuan juga.


Lolo Si Anak Harimau Yang Baik Hati

A
dik- adik, pada suatu siang seekor anak harimau yang bernama Lolo pulang dari sekolah. Lolo melihat keledai tua sedang mengemis di pinggir jalan. “Tolong, kasihanilah saya, nak. Sudah berhari- hari saya tidak makan”, kata keledai pengemis.
Lolo merasa kasihan kepada pengemis itu. Ia sangat ingin memberi uang tetapi apa daya uangnya sudaj habis untuk jajan di sekolah. “Apabila rumahku tidak terlalu jauh dari sini, aku mau memberinya makan,” kata Lolo dalam hati. Lolo teringat pada buah pisang yang ada di dalam tasnya. Lalu diambilnya dan diberikan kepada keledai pengemis. “ Terima kasih, nak. Semoga Tuhan memberimu banyak pahal,” kata keledai pengemis dengan gembira.

Adik- adik yang baik hatinya, lalu Lolo melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Di perjalanan tiba- tiba ia teringat akan ayah dan ibunya.
“Ah ..aku berterima kasih padamu Tuhan. Ayah dan ibuku masih bisa menyediakan makanan untukku setiap hari ,”kata Lolo dalam hati.

Tiba- tiba saja ada kerbau naik sepeda yang lewat. Hampir saja Lolo tertabrak. Badan kerbau tampak belum seimbang. Sebentar oleng ke kiri sebentar oleng ke kanan.
Beberapa saat kemudian,”Bruk!” kerbau terjatuh dari sepeda. Lolo segera menolongnya.
“Aduh,kakiku sakit,” rintih kerbau sambil meringis menahan sakit. Ternyata ia memang belum mahir naik sepeda.

Lalu Lolo pun segera menolong dengan memapah kerbau ke pinggir jalan. Lolo membersihkan luka – luka kerbau dengan air putih bekal minumannya.
“Terima kasih ata pertolonganmu,” kata kerbau kepada Lolo.
“Sama- sama,”jawab Lolo dengan ramah.

Lolo mengantar kerbau pulang ke rumahnya. Ayah kerbau kaget melihat kaki anaknya terluka. Lolo menceritakan kepada ayah kerbau bahwa kerbau terjatuh dari sepeda. Setelah mengobati luka abknya, ayah kerbau mengantar Lolo pulang. Betapa senangnya hati Lolo karena itu kali pertama membonceng sepeda motor.

“Lolo, sebentar lagi kita akan tiba di rumahmu,”kata Pak Kerbau.
“Benar ,Pak. Itu rumah saya sudah kelihatan,”jawab Lolo dengan sopan.
Setibanya di rumah, Lolo mempersilahkan Pak Kerbau duduk di kursi tamu. Ayah Lolo kemudian keluar menmui Pak Kerbau. Pak Kerbau lalu menceritakan kebaikan Lolo kepada ayahnya.

“Sungguh baik hati anak Bapak ini. Dia telah menolong anak saya. Entahlah apa jadinya anak saya kalau tidak ada dia, pasti celaka,”kata Pak Kerbau.
Setelah bercakap- cakap sebentar Pak Kerbau bepamitan pulang.

Setelah itu Lolo meletakkan tas sekolahnya lalu berganti pakaian. “ Cuci tangan dulu, ah,” kata Lolo pada dirinya sendiri.Sesaat kemudian ia memejamkan mata untuk berdoa. Bersyukur atas nikmat Tuhan yang boleh diterimanya. Ibu Lolo tersenyum melihat sikap anaknya yang terpuji itu.

Sore harinya Lolo membantu sang ibu menyapu pekarangan rumah. Kemudian dilanjutkan dengan menyiram tanaman . “Suburlah, tanaman,” ucap Lolo dengan gembira. Selesai semua , ia lalu mandi dan terdengar senandung Lolo di kamar mandi.
Selesai mandi, Lolo belajar. Jam delapan malam adalah waktunya untuk tidur, supaya esok tidak kesiangan ke sekolah. Sekali lagi sebelum tidur Lolo berdoa,” Ya Tuhan, terima kasih karena aku masih boleh menikmati hari ini. Sekarang aku mau tidur, tolongla agar besok aku dapat bangun pagi dalam keadaan segar. Amin”.

                                                                                         
A
dik- adik, Lolo adalah sosok anak harimau yang baik hati. Hidupnya selalu menunjukkan kepudulian kepada orang lain. Maukah adik- adik meniru sikapnya yang terpuji itu ?  


Kalah Cerdik

Hallo adik- adik yang baik hatinya,

Apa kabar ? Sudah lama kakak tidak bercerita lagi y kepada kalian. Kali ini kakak akan berkisah tentang kehidupan di sebuah hutan yang ada di lereng pegunungan. Banyak satwa yng hidup di sana dengan penuh ketenangan dan saling hormat -menghormati satu dengan yang lainnya.

Tetapi suatu saat tiba- tiba suasana hutan berubah. Ada apa ya , adik- adik ? Ternyata itu adallah ulah si Beruang yang sungguh amat liar. Dia sangat suka berkelahi. Tidak sedikit para satwa lain dipukuli.
Hari itu si Beruang menjumpai penghuni hutan. Dengan angkuhnya ia berkacak pinggang. 

"Hai kalian, aku menantangmu," serunya lantang. Sudah tentu semuanya terpaku ketakutan. Melihat hal tu , tingkah si Beruang semakin menjadi- jadi. Dia semakin sombong dan menjadi gila hormat. Bila ada yang membangkang, maka ia tidak segan- segan menghajar siapa saja tanpa belas kasihan. 

Kini suasana hutan lebur dalam kepilauan, dan banyak di antara mereka yang mengungsi. Hanya Monyet dan Rusa yang mencoba untuk bertahan.. Keduanya bertekad melapor kepada PIKI. Siapa dia?

PIKI adalah seekor kelinci yang hebat, cerdik dan terkenal sangat bijaksana. Bila penghuni hutan ditimpa masalah yang berat, sering hewan- hewan lain datang kepadanya. Maka datanglah Rusa dan Monyet mendatangi PIKI.

Si Monyet langsung meratap,"PIKI, tolonglah kami!" Tentu PIKI menjadi kebingungan.
"Loh, ada apa ini ?"
Rusa pun menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. 
"Akhir- akhir ini, suasana hutan berubah, sejak si Beruang datang, hidup kami selalu resah. Sepanjang hari Beruang selalu menantang kami...Toolonglah kami ! Usahakan agar dia cepat pergi !" 

PIKI terdiam, tampaknya ia sedang berpikir keras. 
"Baiklah, temuilah Beruang,
ujar PIKI kepada Rusa. Katakan bahwa aku berani menantangnya!

Temui sekarang, agar masalah ini cepat tuntas.!"

Akhirnya, keduanya mencari si Binatang jalang." Tanpa kesulitan, keduanya pun menemui Beruang. Rusa segera membisikkan sesuatu dengan hati- hati. "Hah, siapa dia?" tanya Beruang dengan suara tinggi. 

"Namanya PIKI, dia seekor kelinci,"jawab Rusa.
"Antar aku menemui PIKI, akan kuberi pelajaran dia!
Sudah bosan hidupkah dia?"

Setelah bertemu dengan PIKI, bertanyalah Beruang. " Kata Rusa , kau menantangku ! Benarkah demikian ?"
"Ya , Rusa benar! Aku sengaja menantangmu berlomba, yaitu lomba membakar diri,"jelas PIKI tenang.
"Yang tahan api, itu pemenangnya,"sambung PIKI. 
"Aku sanggup!" sahut Beruang tanpa berpikir lagi. Karena sudah sepakat, perlombaan pun dimulai. Dan ternyata , giliran pertama jatuh pada PIKI.

Sejumlah kayu bakar ditimbun ke tubuh PIKI. Sesaat kemudian, si Monyet pun menyalakan api. Tetapi dengan cerdik PIKI menggali tanah secepatnya , sehingga ketika api menyala, PIKI bisa menyelamatkan diri.

Selanjutnya giliran Beruang yang hendak dibakar. Setumpuk kayu ditimbunnya ke tubuhnya yang besar.
Sejurus kemudian, nyala api segera berkobar dan tubuh belakang si Beruang mulai terbakar.
"Tolong!"jerit Beruang karena pantatnya terbakar.
Berunag yang kessakitan lari tunggang langgang. Dia pergi dan tak pernah kembali lagi.

Adik- adik yang baik hatinya, berkat kecerdasan PIKI, suasana hutan kembali tenang.
Semua satwa pun mengucapkan terima kasih kepada PIKI.


Nah , adik- adikku. Mari kita belajar mengenadalikan diri sehingga orang lain tidak terganggu oleh kehadiran kita. Jadilah anak yang cerdas, bijaksana, sehingga kehadirang kita dapat menjadi penolong bagi orang lain.
Selamat belajar ya, adik- adik...

J E R A

Adik- adik yang kakak sayangi,

Hari ini kakak akan kembali bercerita tentang si Wawa, seekor kera berlengan panjang yang hendak menyebrang sungai mencari pisang. Sayang sekali ia tidak dapat berenang. Dan ia sangat takut kepada air sungai yang mengalir dengan derasnya.

Untunglah saat itu seekor kerbau melintas. 
"Tolong aku, Kak Baubau,"pinta Wawa memelas.
"Aku ingin ke sebrang, tetapi terhalang sungai yang luas." 
"Baiklah, naiklah ke punggungku," kata Baubau. " Ayo, lekas !"

Wawa pun naik ke atas punggung kerbau, lalu Baubau segera mengarungi sungai itu. Setibanya di sebrang, Wawa turun terburu- buru untuk memanjat pohon pisang yang tumbuh di situ.

Wawa melahap buah pisang sebanyak- banyaknya, karena  perutnya sudah lapar sejak pagi buta. Sementara kerbau itu makan rumput di sana, merasakan betapa lezatnya, karena lapar tak terkira. 

Beberapa waktu kemudian Wawa telah kenyang. Semua pisang yang masak telah habis terganyang. "Yuk, kita kembali,"pinta Wawa riang.
"Tunggu dulu, aku belum kenyang."

Si Wawa mulai berdendang karena sudah kenyang. Nadanya tak enak, tetapi suaranya keras dan lantang. Sambil berdendang, ia duduk di bawah pohon yang rindang sehingga suaranya terdengar Pak Gaga yang berang.

Pak Gaga adalah pemilik peternakan di sana. Ia murka melihat kerbau yang makan rumput seenaknya. " Pencuriiii ! Kau  makan habis ladang rumputku!"
Sambil berteriak ia melemparkan batu.

Adik- adik, setelah Baubau lari dan Pak Gaga melangkah pulang, muncullah Wawa dari persembunyiannya di balik ilalang. Ia menjumpai kerbau kawannya yang kesakitan bukan kepalang, tangannya memegangi kepalanya yang terkena batu karang. 

"Mengapa kau begitu gaduh!" bentak Baubau. 
"Kalau kau tadi tidak menyanyi semau- maumu, Pak Peternak tak akan melempar batu, sebab ia tak akan mendengar suaramu."

Wawa diam- diam dan duduk tanpa berani berkata- kata, lalu ia meloncat ke atas panggung kerbau tanpa di minta. Sambil uring- uringan kerbau itu merandai balik pula, dan tibalah ia di tempat yang banyak lumpurnya. 
"Aku berkubang sebentar,"kata Baubau. 
"Badanku gatal- gatal, aku merasa gerah."
"Jangan!Jangan!"pekik Wawa menghimbau.
"Aku takut air," kata Wawa resah.

"Itu bukan salahku,"sahut Baubau tegar dan tenang. 
"Kau suka berdendang riang dan lantang, aku suka bergulung- gulung di lumpur yang lapang,
segar dan nyaman bagiku, pusing-pusing pun bisa hilang"

Lalu tanpa berkata- kata lagi, kerbau itu berguling- guling dalam air dan lumpur sungai. Tanpa menghiraukan jerit dan pekik berkali- kali dari si Wawa yang ketakutan dan pucat pasi.Untung sekali si Wawa cepat punya akal hebat, dipegangnya seekor kerbau itu erat- erat. Tapi ia beberapa kali mesti keluar masuk lumpur pekat, sehingga badannya kotor dan nafasnya mulai tersekat. 

Akhirnya kerbau itu mencapai sebrang sungai, si Wawa leha kalau pakaiannya kusut masai. Ia turun perlahan- lahan dengan gemetar dan lunglai, karena badannya penuh lumpur yang berderai-derai.

Kalau Bau- Bau tak mau mesti mengulum senyum sesaat. 
Melihat keadaan memprihatinkan dari si Wawa yang menyesali perbuatannya. 
"Nah, apakah kamu masih suka menyusahkan sahabatmu sendiri?"
"Ah, tentu tidak lagi,"kata si Wawa yang telah jera dengan khidmat.

Nah, adik- adik. Kakak mau bertanya, bagaimana dengan pertemanan kalian ? Kakak minta, jagalah persahabatan yang sudah terjalin dengan baik, supaya bisa bertahan lama.

Yah, Kejebak Deh...

Adik- adik yang baik hatinya,


Suatu waktu hidupah kera yang bernama Keo Kera. Ia adalah kera yang sangat nakal sekali. Berulang kali dia berulah, dan mencelakai teman- temannya.

Suatu pagi, ketika ia baru saja dia keluar dari rumahnya,dilihatnya Cici Kelinci berlari pagi. Cici berlari melewati depan rumahnya. Wah, begitu segar tubuh si Cici Kelinci.

"Tentu! Bukankah lari pagi amat berguna?"jawab si CiciKelinci dengan wajah berseri. Lalu timbullah niat jahat si Keo Kera.Rupanya dia ingin membuat si Cici celaka. Begitulah dia berencana menggali lubang.
Maka dibaanya cangkul bergagang panjang dan ia mulai menggali.

Letaknya tepat di bawah pohon kenari. "Nah, di atas dahan itu aku akan bersembunyi," pikir si Keo Kera di dalam hati. Akhirnya, lubang yang dalam selesai di gali. 
"Kerja kerasku ternyata tak sia- sia. Sebentar lagi tontonan segar akan kunikmati. Oh, malang benar nasibmu Cici Kelinci!".

Pagi hari yang cerah kembali tiba. Si Keo Kera menjalankan niat jahatnya. Bersembunyilah dia di daham pohon kenari. Di bawahnya menganga lubang galian sendiri.

Dari kejauhan terlihat si Cici Kelinci. Dia berlari pagi dengan rasa gembira. Sungguh, sedikit pun dia tidak menyadari akan dicelakakan oleh si Keo Kera. Ke arah lubang si Cici Kelinci berlari.
"Hi...hi...hi..hi...akan ada tontonan lucu sekali, kau akan celaka Cici Kelinci ..hi...hi..hi.., si Keo Kera tertawa di dalam hati.

Dan saat si Cici Kelinci mendekati lubang, tiba- tiba terdengar,.."Krak...byuuur!" Ternyata dahan pohon kenari tempat si Keo Kera bergelantungan tiba- tiba patah. Lalu ia melayang dan masuk ke dalam lubang.

Seketika  si Cici Kelinci menghentikan larinya. "Tolong!" jerit kesakitan dari lubang itu. Rupanya si Keo Kera ikut terjerumus ke dalamnya, bersama dahan pohon kenari yang patah itu. 

Tetapi si Cici Kelinci baik hati. Dengan segera ia mengambil seutas tali. Dia ingin menolong si Keo Kera, sahabatnya, agar bisa keluar dari lubang pembawa celaka Keo Kera segera meraih seutas tali yang diulurkan oleh si Cici berhasil membantu si Keo Kera keluar dari dalam lubang itu.

Adik- adik yang baik, si Keo Kera merasa malu hati atas perbuatanya..
"Cici, terima kasih atas pertolonganmu," kata si Keo Kera menunduk tersipu-sipu. 
"Siapa yang menggali lubang ini?" tanya si Cici. 
Si Keo Kera menjawab, " Galianku sendiri."

"Cici Kelinci, maafkan aku, sebenarnya lubang ini untuk mencelakakanmu." dengan jujur si Keo Kera mengaku apa adanya.
Dia benar- benar telah menyesali perbuatannya.
"Sudahlah, Keo Kera!"kata Cici Kelinci, yang penting, jangan kau ulangi perbuatan ini. Dan tutuplah kembali lubang yang kau gali."

Begitulah adik- adik yang baik hatinya,
Sejak itu Keo Kera tidak nakal lagi. Yuuuk, kita hargai keinginannya untuk berubah.

Anak Rusa Dan Pelanduk

Adik- adik yang pandai,

Siapakah diantara kalian yang bisa membedakan rusa dan pelanduk ? Karena Kakak akan bercerita mengenai hal itu.

Di suatu negeri hiduplah keluarga rusa. Rumahnya besar dan  mewah mirip istana raja.
Anaknya hanya satu, tapi boros dan malas tabiatnya. Gemar berpesta dan tidak mau membantu induknya.

Sepulangnya bermain, sang anak rusa masuk ke kamar tidur. Ia tertidur dengan pakaian yang masih kotor, berbau dan penuh lumpur. Dengan tenangnya dia langsung berbaring di atas kasur, dan kemudian tidur mendengkur.

Anak rusa itu sudah biasa hidup tanpa aturan. Kamarnya banyak barang yang berserakan, dan ia sama sekali tidak mau membersihkan. Maka, miriplah kamar itu dengan gudang rongsokan.

Lain anak rusa, lain cerita si pelanduk. Meski rumahnya sederhana, tetapi selalu teratur rapi. Suka kebersihan dan giat bekerja sepanjang hari. Hidupnya tidak boros, selalu menabung untuk hari esok. 


Sejak kecil bapak dan induknya sudah tiada. Pelanduk hidup tanpa sanak  dan saudara. Mencari makan sendiri dan tidak pernah dilayani. Jadi. pelanduk sudah terbiasa hidup mandiri.


Suatu malam anak rusa mengadakan pesta yang meriah. Ketika itu pelanduk sedang terlelap tidurnya. Badannya lelah karena seharian mencangkul sawah. Namun karena ada suara ribut pesta, pelanduk itu pun terjaga.


"Uuuuh, malam- malam begini masih saja ribut melulu. Ini pasti ulah anak rusa,"kata si pelanduk menggerutu. lalu si pelanduk bangkit menuju rumah anak rusa untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Ternyata pesta yang sangat mewah dan meriah sedang berlangsung. Anak rusa dan teman- temannya menari terhuyung- huyung. Tingkah polah mereka seperti rusa- rusa yang linglung. Sang Pelanduk mencoba menasihati, tetapi mereka malah tersinggung.

"Kamu iri ya, tidak bisa bersenang- senang  seperti kami. Kami tak butuh nasihatmu,"kata mereka memyakitkan hati. 
Pelanduk menjadi tidak enak hati sejak peristiwa itu. Maksud hati ingin mengingatkan, tetapi malah mendapat malu.

Bulan berganti bulan, waktu pun bergantilah. Induk anak rusa tiba- tiba meninggal. Anak rusa bersedih hati karena hidupnya jadi susah. Mengurus diri sendiri saja tidak bisa , kerjanya hanya bermuram durja. 

Semakin hari hidupnya semakin terlunta- lunta. Harta benda orang tuanya sudah habis, tak tersisa. Satu persatu dijualnya hanya untuk makan sekedarnya. Bahkan teman- teman setianya sekarang menjauhi dia. 

Kini anak rusa sadar akan perbuatannya yang keliru. Sambil berlinang air mata, dia menemui pelanduk. "Sahabatku, masihkah kamu menerima diri saya dan memaafkan perbuatanku yang melukai hatimu?" Aku sunguh- sungguh menyesal...,"katanya sambil menunduk.

"Oh, aku tahu perasaanmu, lupakanlah masa lalu itu. Kita sama- sama bertetangga, kita harus saling membantu.Adakah sesuatu yang perlu kulakukan untukmu?" kata pelanduk seraya memandang anak rusa dengan sendu.

"Kamu sangat baik, hatimu sungguh mulia. Sejujurnya aku ingin kamu mengajariku bekerja. Bila suka, ijinkan aku ikut denganmu ke sawah. Belajar mencangkul dan juga mengolah tanah."


Kata pelanduk dengan ramah,"syukurlah kalau begitu. Dengan senang hati akan kuajari kamu semampuku."
Anak rusa senang dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Anak rusa tekun bekerja, sehingga tidak bersedih lagi.

Setelah beberapa minggu, anak rusa sudah mulai pandai bekerja. Maka panenan pun menjadi berlimpah ruah, sebab mereka berdua giat bekerja tanpa kenal lelah. 


Adik- adik yang pandai, sejak saat itu, pelanduk dan anak rusa hidup bahagia. Apakah kalian ingin seperti mereka juga

Sang Singa, Kera dan Telur Ajaib

Selamat belajar kembali adik- adik....

Kali ini kakak mau berbagi cerita tentang kisah seekor raja hutan dan telur ajaib. Begini ceritanya....

Di sebuah hutan, hiduplah seekor kera . Ia sangat pandai dan cerdik. Meski sedang terancam bahaya , ia tidak pernah panik.
Suatu hari, ketika ia sedang duduk di bawah pohon tinggi, muncullah seekor singa, sangat panjang surainya.
"Nah tertangkap kau, " kata singa. Hatinya sangat gembira, karena berhasil menemukan kera . Ia memang sudah lama mencarinya.
"Kini aku akan membalasmu, karena kau sering menipuku," demikian ancam singa sambil mengaum sekeras-kerasnya.
"Ssst..diamlah, jangan berisik!" kata kera pura- pura panik.
"Lihatlah, aku sedang berkonsentrasi, "kata sang kera lagi.
"Ah, aku tidak percaya," kata singa menggelengkan kepala.
"Kalau tidak percaya, ya sudah!"sahut kera tidak ramah. " Ehmm, ternyata kau memang singa dungu,"gumam kera sesaat kemudian. " Coba kau lihat ke depan itu," tangan si kera menunjuk sesuatu.

Si kera menunjuk ke seekor landak yang tubuhnya penuh onak. Landak itu sedang tertidur . Tubuhnya membulat lonjong seperti telur.
" Itu adalah telur ajaib,"demikian kata kera lagi. "Siapa yang dapat memecahkannya, akan menjadi  paling sakti di dunia."

"Oh, benarkah itu?"tanya singa. Ia mulai tertarik dengan cerita kera.
"Tentu saja,"jawab kera.        
"Ehm...baiklah kalau begitu, akan kuterkam telur itu."
"Eh, tunggu dulu !"kata kera menyela.
"Ada apa lagi?" tanya singa.
"Sebelum kau menerkam telur itu, aku harus pergi dahulu. Karena saat kau membukanya, tidak boleh dilihat siapa pun."

Akhirnya singa setuju. Kera segera disuruh pergi dari situ. Tanpa banyak membuang waktu, kera segera melompat dan berlalu.

Adik- adik yang baik hatinya, setelah kera pergi, singa segera menerkam telur ajaib itu. Tetapi apa yang terjadi kemudian?

Singa menjerit keras sekali. Tentu saja ia menjerit kesakitan, karena menerkam duri landak yang sangat tajam. Telur ajaib itu ternyata si landak yang sedang tertidur.

"Kurang ajar !" ujar singa sambil mengaum. Aku tertipu si kera !"

Adik- adik, menarik bukan cerita di atas. Betapa cerdiknya sang kera dan betapa bodohnya sang singa yang disebut Sang Raja Hutan. Ternyata kecerdikan bisa membantu si kera untuk menyelamatkan nyawanya.