RSS

J E R A

Adik- adik yang kakak sayangi,

Hari ini kakak akan kembali bercerita tentang si Wawa, seekor kera berlengan panjang yang hendak menyebrang sungai mencari pisang. Sayang sekali ia tidak dapat berenang. Dan ia sangat takut kepada air sungai yang mengalir dengan derasnya.

Untunglah saat itu seekor kerbau melintas. 
"Tolong aku, Kak Baubau,"pinta Wawa memelas.
"Aku ingin ke sebrang, tetapi terhalang sungai yang luas." 
"Baiklah, naiklah ke punggungku," kata Baubau. " Ayo, lekas !"

Wawa pun naik ke atas punggung kerbau, lalu Baubau segera mengarungi sungai itu. Setibanya di sebrang, Wawa turun terburu- buru untuk memanjat pohon pisang yang tumbuh di situ.

Wawa melahap buah pisang sebanyak- banyaknya, karena  perutnya sudah lapar sejak pagi buta. Sementara kerbau itu makan rumput di sana, merasakan betapa lezatnya, karena lapar tak terkira. 

Beberapa waktu kemudian Wawa telah kenyang. Semua pisang yang masak telah habis terganyang. "Yuk, kita kembali,"pinta Wawa riang.
"Tunggu dulu, aku belum kenyang."

Si Wawa mulai berdendang karena sudah kenyang. Nadanya tak enak, tetapi suaranya keras dan lantang. Sambil berdendang, ia duduk di bawah pohon yang rindang sehingga suaranya terdengar Pak Gaga yang berang.

Pak Gaga adalah pemilik peternakan di sana. Ia murka melihat kerbau yang makan rumput seenaknya. " Pencuriiii ! Kau  makan habis ladang rumputku!"
Sambil berteriak ia melemparkan batu.

Adik- adik, setelah Baubau lari dan Pak Gaga melangkah pulang, muncullah Wawa dari persembunyiannya di balik ilalang. Ia menjumpai kerbau kawannya yang kesakitan bukan kepalang, tangannya memegangi kepalanya yang terkena batu karang. 

"Mengapa kau begitu gaduh!" bentak Baubau. 
"Kalau kau tadi tidak menyanyi semau- maumu, Pak Peternak tak akan melempar batu, sebab ia tak akan mendengar suaramu."

Wawa diam- diam dan duduk tanpa berani berkata- kata, lalu ia meloncat ke atas panggung kerbau tanpa di minta. Sambil uring- uringan kerbau itu merandai balik pula, dan tibalah ia di tempat yang banyak lumpurnya. 
"Aku berkubang sebentar,"kata Baubau. 
"Badanku gatal- gatal, aku merasa gerah."
"Jangan!Jangan!"pekik Wawa menghimbau.
"Aku takut air," kata Wawa resah.

"Itu bukan salahku,"sahut Baubau tegar dan tenang. 
"Kau suka berdendang riang dan lantang, aku suka bergulung- gulung di lumpur yang lapang,
segar dan nyaman bagiku, pusing-pusing pun bisa hilang"

Lalu tanpa berkata- kata lagi, kerbau itu berguling- guling dalam air dan lumpur sungai. Tanpa menghiraukan jerit dan pekik berkali- kali dari si Wawa yang ketakutan dan pucat pasi.Untung sekali si Wawa cepat punya akal hebat, dipegangnya seekor kerbau itu erat- erat. Tapi ia beberapa kali mesti keluar masuk lumpur pekat, sehingga badannya kotor dan nafasnya mulai tersekat. 

Akhirnya kerbau itu mencapai sebrang sungai, si Wawa leha kalau pakaiannya kusut masai. Ia turun perlahan- lahan dengan gemetar dan lunglai, karena badannya penuh lumpur yang berderai-derai.

Kalau Bau- Bau tak mau mesti mengulum senyum sesaat. 
Melihat keadaan memprihatinkan dari si Wawa yang menyesali perbuatannya. 
"Nah, apakah kamu masih suka menyusahkan sahabatmu sendiri?"
"Ah, tentu tidak lagi,"kata si Wawa yang telah jera dengan khidmat.

Nah, adik- adik. Kakak mau bertanya, bagaimana dengan pertemanan kalian ? Kakak minta, jagalah persahabatan yang sudah terjalin dengan baik, supaya bisa bertahan lama.

Yah, Kejebak Deh...

Adik- adik yang baik hatinya,


Suatu waktu hidupah kera yang bernama Keo Kera. Ia adalah kera yang sangat nakal sekali. Berulang kali dia berulah, dan mencelakai teman- temannya.

Suatu pagi, ketika ia baru saja dia keluar dari rumahnya,dilihatnya Cici Kelinci berlari pagi. Cici berlari melewati depan rumahnya. Wah, begitu segar tubuh si Cici Kelinci.

"Tentu! Bukankah lari pagi amat berguna?"jawab si CiciKelinci dengan wajah berseri. Lalu timbullah niat jahat si Keo Kera.Rupanya dia ingin membuat si Cici celaka. Begitulah dia berencana menggali lubang.
Maka dibaanya cangkul bergagang panjang dan ia mulai menggali.

Letaknya tepat di bawah pohon kenari. "Nah, di atas dahan itu aku akan bersembunyi," pikir si Keo Kera di dalam hati. Akhirnya, lubang yang dalam selesai di gali. 
"Kerja kerasku ternyata tak sia- sia. Sebentar lagi tontonan segar akan kunikmati. Oh, malang benar nasibmu Cici Kelinci!".

Pagi hari yang cerah kembali tiba. Si Keo Kera menjalankan niat jahatnya. Bersembunyilah dia di daham pohon kenari. Di bawahnya menganga lubang galian sendiri.

Dari kejauhan terlihat si Cici Kelinci. Dia berlari pagi dengan rasa gembira. Sungguh, sedikit pun dia tidak menyadari akan dicelakakan oleh si Keo Kera. Ke arah lubang si Cici Kelinci berlari.
"Hi...hi...hi..hi...akan ada tontonan lucu sekali, kau akan celaka Cici Kelinci ..hi...hi..hi.., si Keo Kera tertawa di dalam hati.

Dan saat si Cici Kelinci mendekati lubang, tiba- tiba terdengar,.."Krak...byuuur!" Ternyata dahan pohon kenari tempat si Keo Kera bergelantungan tiba- tiba patah. Lalu ia melayang dan masuk ke dalam lubang.

Seketika  si Cici Kelinci menghentikan larinya. "Tolong!" jerit kesakitan dari lubang itu. Rupanya si Keo Kera ikut terjerumus ke dalamnya, bersama dahan pohon kenari yang patah itu. 

Tetapi si Cici Kelinci baik hati. Dengan segera ia mengambil seutas tali. Dia ingin menolong si Keo Kera, sahabatnya, agar bisa keluar dari lubang pembawa celaka Keo Kera segera meraih seutas tali yang diulurkan oleh si Cici berhasil membantu si Keo Kera keluar dari dalam lubang itu.

Adik- adik yang baik, si Keo Kera merasa malu hati atas perbuatanya..
"Cici, terima kasih atas pertolonganmu," kata si Keo Kera menunduk tersipu-sipu. 
"Siapa yang menggali lubang ini?" tanya si Cici. 
Si Keo Kera menjawab, " Galianku sendiri."

"Cici Kelinci, maafkan aku, sebenarnya lubang ini untuk mencelakakanmu." dengan jujur si Keo Kera mengaku apa adanya.
Dia benar- benar telah menyesali perbuatannya.
"Sudahlah, Keo Kera!"kata Cici Kelinci, yang penting, jangan kau ulangi perbuatan ini. Dan tutuplah kembali lubang yang kau gali."

Begitulah adik- adik yang baik hatinya,
Sejak itu Keo Kera tidak nakal lagi. Yuuuk, kita hargai keinginannya untuk berubah.

Anak Rusa Dan Pelanduk

Adik- adik yang pandai,

Siapakah diantara kalian yang bisa membedakan rusa dan pelanduk ? Karena Kakak akan bercerita mengenai hal itu.

Di suatu negeri hiduplah keluarga rusa. Rumahnya besar dan  mewah mirip istana raja.
Anaknya hanya satu, tapi boros dan malas tabiatnya. Gemar berpesta dan tidak mau membantu induknya.

Sepulangnya bermain, sang anak rusa masuk ke kamar tidur. Ia tertidur dengan pakaian yang masih kotor, berbau dan penuh lumpur. Dengan tenangnya dia langsung berbaring di atas kasur, dan kemudian tidur mendengkur.

Anak rusa itu sudah biasa hidup tanpa aturan. Kamarnya banyak barang yang berserakan, dan ia sama sekali tidak mau membersihkan. Maka, miriplah kamar itu dengan gudang rongsokan.

Lain anak rusa, lain cerita si pelanduk. Meski rumahnya sederhana, tetapi selalu teratur rapi. Suka kebersihan dan giat bekerja sepanjang hari. Hidupnya tidak boros, selalu menabung untuk hari esok. 


Sejak kecil bapak dan induknya sudah tiada. Pelanduk hidup tanpa sanak  dan saudara. Mencari makan sendiri dan tidak pernah dilayani. Jadi. pelanduk sudah terbiasa hidup mandiri.


Suatu malam anak rusa mengadakan pesta yang meriah. Ketika itu pelanduk sedang terlelap tidurnya. Badannya lelah karena seharian mencangkul sawah. Namun karena ada suara ribut pesta, pelanduk itu pun terjaga.


"Uuuuh, malam- malam begini masih saja ribut melulu. Ini pasti ulah anak rusa,"kata si pelanduk menggerutu. lalu si pelanduk bangkit menuju rumah anak rusa untuk mencari tahu apa yang terjadi di dalam sana.

Ternyata pesta yang sangat mewah dan meriah sedang berlangsung. Anak rusa dan teman- temannya menari terhuyung- huyung. Tingkah polah mereka seperti rusa- rusa yang linglung. Sang Pelanduk mencoba menasihati, tetapi mereka malah tersinggung.

"Kamu iri ya, tidak bisa bersenang- senang  seperti kami. Kami tak butuh nasihatmu,"kata mereka memyakitkan hati. 
Pelanduk menjadi tidak enak hati sejak peristiwa itu. Maksud hati ingin mengingatkan, tetapi malah mendapat malu.

Bulan berganti bulan, waktu pun bergantilah. Induk anak rusa tiba- tiba meninggal. Anak rusa bersedih hati karena hidupnya jadi susah. Mengurus diri sendiri saja tidak bisa , kerjanya hanya bermuram durja. 

Semakin hari hidupnya semakin terlunta- lunta. Harta benda orang tuanya sudah habis, tak tersisa. Satu persatu dijualnya hanya untuk makan sekedarnya. Bahkan teman- teman setianya sekarang menjauhi dia. 

Kini anak rusa sadar akan perbuatannya yang keliru. Sambil berlinang air mata, dia menemui pelanduk. "Sahabatku, masihkah kamu menerima diri saya dan memaafkan perbuatanku yang melukai hatimu?" Aku sunguh- sungguh menyesal...,"katanya sambil menunduk.

"Oh, aku tahu perasaanmu, lupakanlah masa lalu itu. Kita sama- sama bertetangga, kita harus saling membantu.Adakah sesuatu yang perlu kulakukan untukmu?" kata pelanduk seraya memandang anak rusa dengan sendu.

"Kamu sangat baik, hatimu sungguh mulia. Sejujurnya aku ingin kamu mengajariku bekerja. Bila suka, ijinkan aku ikut denganmu ke sawah. Belajar mencangkul dan juga mengolah tanah."


Kata pelanduk dengan ramah,"syukurlah kalau begitu. Dengan senang hati akan kuajari kamu semampuku."
Anak rusa senang dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Anak rusa tekun bekerja, sehingga tidak bersedih lagi.

Setelah beberapa minggu, anak rusa sudah mulai pandai bekerja. Maka panenan pun menjadi berlimpah ruah, sebab mereka berdua giat bekerja tanpa kenal lelah. 


Adik- adik yang pandai, sejak saat itu, pelanduk dan anak rusa hidup bahagia. Apakah kalian ingin seperti mereka juga

Sang Singa, Kera dan Telur Ajaib

Selamat belajar kembali adik- adik....

Kali ini kakak mau berbagi cerita tentang kisah seekor raja hutan dan telur ajaib. Begini ceritanya....

Di sebuah hutan, hiduplah seekor kera . Ia sangat pandai dan cerdik. Meski sedang terancam bahaya , ia tidak pernah panik.
Suatu hari, ketika ia sedang duduk di bawah pohon tinggi, muncullah seekor singa, sangat panjang surainya.
"Nah tertangkap kau, " kata singa. Hatinya sangat gembira, karena berhasil menemukan kera . Ia memang sudah lama mencarinya.
"Kini aku akan membalasmu, karena kau sering menipuku," demikian ancam singa sambil mengaum sekeras-kerasnya.
"Ssst..diamlah, jangan berisik!" kata kera pura- pura panik.
"Lihatlah, aku sedang berkonsentrasi, "kata sang kera lagi.
"Ah, aku tidak percaya," kata singa menggelengkan kepala.
"Kalau tidak percaya, ya sudah!"sahut kera tidak ramah. " Ehmm, ternyata kau memang singa dungu,"gumam kera sesaat kemudian. " Coba kau lihat ke depan itu," tangan si kera menunjuk sesuatu.

Si kera menunjuk ke seekor landak yang tubuhnya penuh onak. Landak itu sedang tertidur . Tubuhnya membulat lonjong seperti telur.
" Itu adalah telur ajaib,"demikian kata kera lagi. "Siapa yang dapat memecahkannya, akan menjadi  paling sakti di dunia."

"Oh, benarkah itu?"tanya singa. Ia mulai tertarik dengan cerita kera.
"Tentu saja,"jawab kera.        
"Ehm...baiklah kalau begitu, akan kuterkam telur itu."
"Eh, tunggu dulu !"kata kera menyela.
"Ada apa lagi?" tanya singa.
"Sebelum kau menerkam telur itu, aku harus pergi dahulu. Karena saat kau membukanya, tidak boleh dilihat siapa pun."

Akhirnya singa setuju. Kera segera disuruh pergi dari situ. Tanpa banyak membuang waktu, kera segera melompat dan berlalu.

Adik- adik yang baik hatinya, setelah kera pergi, singa segera menerkam telur ajaib itu. Tetapi apa yang terjadi kemudian?

Singa menjerit keras sekali. Tentu saja ia menjerit kesakitan, karena menerkam duri landak yang sangat tajam. Telur ajaib itu ternyata si landak yang sedang tertidur.

"Kurang ajar !" ujar singa sambil mengaum. Aku tertipu si kera !"

Adik- adik, menarik bukan cerita di atas. Betapa cerdiknya sang kera dan betapa bodohnya sang singa yang disebut Sang Raja Hutan. Ternyata kecerdikan bisa membantu si kera untuk menyelamatkan nyawanya.
       

Si Bangau Tua Yang Licik

Apa kabar adik- adik yang manis? 

Tentu setelah liburan panjang ada banyak cerita tentang pengalaman yang didapatkan. Kakak juga mau bagi- bagi cerita ya...

Kalian tentu tahu bukan burung bangau? Dahulu ada seekor burung bangau tua yang hidupnya susah sekali. Kenapa ya? Karena ternyata ia tak dapat menangkap ikan secepat dahulu lagi. Usia terlah menggerogoti kekuatan dan kegesitannya.

Padahal telaga di mana ia tinggal banyak sekali ikannya yang berwarna- warni.
"Aku harus menggunakan siasat,"pikir bangau tua itu.Lalu ia pasang aksi di tepi telaga itu. Berdiri tepekur dengan wajah murung dan sedih. Ikan- ikan dankodok berenang di dekatnya sengaja tidak ia hiraukan, padahal biasanya ia selalu mematuk atau memangsa ikan-ikan itu. 

Semua makhluk di telaga itu merasa heran atas tingkah laku si bangau itu. Seekor kodok bertanya," Pak Bangau, mengapa Anda kelihatan sedih sekali? Tidak mencoba menangkapku?"
"Tidak,"kata bangau dengan sedih." Aku sudah tua, sudah cukup puas karena sudah banyak sekali ikan, kodok dan kepiting yang kumakan dari telaga ini."
"Loh? Terus kenapa kok kelihatan sedih?  sahut si kodok. "Semua akan berakhir.."kata bangau tua. 
"Ada apa kiranya?"kodok penasaran. Kembali si bangau berkata dengan sedihnya,"Kemarin aku mendengar rencana penduduk setempat . Mereka akan mengosongkan telaga ini dan akan menimbun tanah untuk menanam buah dan sayuran. "
"Wah, gawat sekali!" seru kodok.
"Ya, semua ikan, kodok dan  kepiting akan mati tertimbun tanah , lalu aku juga akan mati karena tidak dapat mencari makanan lagi."ujar bangau sedih dan dengan bertetesan air mata.

Adik- adik, segeralah kodok yang lincah itu berenang untuk memberitahukan hal itu kepada penghuni telaga lainnya. Semua ikan, kodok, kepiting dan hewan- hewan kecil lainnya ketakutan mendengar berita buruk itu. 
"Apa yang harus kita lakukan? tanya mereka kepada sesamanya.
"Mari kita menemui Pak Bangau, ia lebih tua dan berpengalaman, mungkin bisa membantu menyelamatkan kita."

Sambil menangis tersedu- sedu semua penghuni telaga menghadap bangau tua, mereka memohon,"Selamatkan kami , Kami tak mau mati. Hanya    Anda yang dapat memikirkan rencana untuk menyelamatkan kami. "
Si burung bangai pura- pura berpikir dengan keras dan berkata,"Aku akan mencoba kemampuan terbaikku untuk menyelamatkan nyawa kalian semua. Aku tahu telaga lain cuma agak sedikit jauh dari sini. Bila kalian percaya padaku, aku akan membawamu semua ke sana."

Semua ikan, kodok dan kepiting mulai bertengkar di antara mereka sendiri. Masing- masing ingin paling dulu dibawa sang bangau.

"Sebentar, sebentar semuanya,"kata si bangau dengan tegas. "Kita semua harus sabar."|

Aku sudah tua dan lemah serta mudah lelah. Aku akan membawamu seekor- seekor pada satu waktu. Aku akan membawa ikan- ikan terlebih dahulu."
"Sekarang saatnya menjalankan rencana itu,"pikir sang bangau. Ia cepat- cepat mematuk seekor ikan di paruhnya yang tajam lalu terbang.
"Sudah sampaikah kita ke telaga, pak bangau," tanya si ikan ketakutan setelah terbang beberapa lama. 
"Ehem, ehem,"jawab bangau dengan paruhnya mengatup lebih erat pada si ikan. Ia hinggap pada tebing karang dan dengan cepat melahap ikan itu. 

Hari- hari penuh kegembiraan bagi sang bangau. Manakala ia merasa lapar, ia akan mengambil seekor ikan dan berpura- pura mengangkutnya ke telaga baru, menjadikannya santapan  lezat.
Suatu hari seekor kepiting merangkak menuju sang bangau dan bersungut-sungut,"Pak Bangau tidak adil, Engkau tampak hanya membantu para ikan saja. Setiap hari kamu membawanya meninggalkan telaga ini, lalu kapan giliranku?"

Si bangau tersenyum licik pada dirinya. "Hmmm, kesempatan baik nih,"pikirnya. 

"Baiklah kepiting," kata sang bangau, hari ini giliranmu."
Sang bangau membawa kepiting dalam paruhnya dan segera terbang. Mereka terbang agak jauh tetapi si kepiting tidak dapat melihat tanda- tanda adanya telaga yang dijanjikan. Ketika si bangau mulai menukik menuju tebing karang di bawah, maka curigalah si kepiting. Ketika mereka semakin dekat denga cadas, sang kepiting terkejut menyaksikan tulang- tulang berserakan di mana- mana. 

Akhirnya ia menyadari, apa sebenarnya yang dilakukan oleh si bangau tua.
"Ternyata ia menipu kami,"pikir si kepiting. "Awas ya, akan kubalas kau." Ketika bangau mulai terbang merendah,tiba- tiba si kepiting mencengkram leher bangai yang panjang ramping itu dengan cupitnya yang kuta dan menjepitnya kuat- kuat. 
"Aduh," sang bangau memekik, "lepaskan aku!". Tetapi si kepiting justru menguatkan dan mengeraskan jepitannya. Sang bangau berusaha sekuat tenaga melepaskan cengkraman kepiting itu tetapi tidak berhasil. 


"Mampuslah kau bangau tua yang licik!" teriak si kepiting dengan mengerahkan seluruh tenaganya hingga leher si bangau putus, kepalanya menggelinding ke tanah.

Si kepiting yang pemberani itu menyeret kepala bangau yang putus ke dalam telaga. Semua penghuni telaga bertanya heran," loh? Kamu kenapa kok kembali ?"

" Ya,"jawab si kepiting dengan marah,"Pak Bangau rupanya adalah penipu besar. Ia secara licik telah membuat jebakan untuk membunuh semua ikan, kodok dan kepiting dari telaga ini. Ia telah berbohong tentang membawa kita dengan selamat. Ia hanya membawa kita satu persatu pada tebing karang yang tandus dan melahap kita. Namun bagaimana pun juga, aku telah mengakhiri rencana jahatnya itu dengan cara memutuskan lehernya."

Adik- adik yang manis,
Seluruh penghuni telaga itu bersorak gembira. Mereka mengelu-elukan si kepiting sebagai pahlawan yang telah menyelamatkan hidup mereka.

Nah, adik- adik. Kita belajar bahwa tipu daya akan menghasilkan ketidakpercayaan dari pihak lain. Mari kita belajar hidup jujur ya. Karena pada saat jujur, sesungguhnya kita sedang menyelamatkan diri kita sendiri.

Sampai jumpa dalam cerita berikutnya.