RSS

TIMUN MAS

Adik- adik, memasuki liburan ini yuk kita baca kisah tentang Timun Mas

Pada zaman dahulu di sebuah desa terpencil ada seorang janda yang menginginkan seorang anak. Ia mendatangi seorang Kakek Raksasa Sakti dengan maksud meminta petunjuk untuk mendapatkan seorang anak ia meminta tolong kepada Kakek Raksasa Sakti untuk mewujudkannya.
"Keinginanmu terkabullkan, tetapi dengan syarta, kalau anakmu nanti lahir perempuan, harus kau serahkan kepadaku,"kata Kakek Raksasa Sakti. Si Janda diam, namun dalam hati ia berkata "semohga anak yang lahir nanti laki- laki". Si Janda segera pulang. Di tengah perjalanan ada sebatang pohon kelapa, latiba- tiba buahnya jatuh. Segera ia pungut, lalu dipecah, dan diminum airnya. Semua ini sesuai dengan pesan Kakek Raksasa Sakti. Setelah beberapa bulan kemudian, ia hamil. Dan setelah waktunya, si janda melahirkan. Bayinya perempuan wajahnya cantik, kulitnya berkilauan, seperti emas terkena sinar cahaya. "Timun Mas," ucap si Janda memberi nama anaknya.
Tahun berganti tahun, tidak terasa Timun Mas sudah berumur 10 tahun. Selama itu, Kakek Raksasa Sakti sudah tang dua kali menagih janji, agar Timun Mas diserahkan kepadanya. Namun, kali ini Kakek Raksasa Sakti memaksa. Timun Mas harus segera diserahkan kepadanya. "Aku tidak sabar lagi, ingin menyantap Timun Mas yang segar itu," geram Kakek Raksasa Sakti, namun si Janda minta tenggang waktu dua tahun. Kakek Raksasa akhirnya menyanggupi. 
Ibu Timun Mas berdaya upaya bagaimana caranya menyelamatkan Timun MAs. Ia minta tolong kepada seorang yang sakti. "Terimalah empat bingkisan yang masing- masing berisi biji timun, jarum garam dan terasi,"kata orang sakti itu kepada Ibu Timun Mas. Dengan rasa syukur, Ibu Timun Mas pulang dengan gembira.
Pada suatu hari, Kakek Raksasa Sakti datang menagih janji yang menurut perhitungannya Timun Mas sudah berumur 12 tahun. Sementara langlkah - langkah Kakek Raksasa Sakti terdengar masih jauh, Ibu Timun Mas memanggil Timun Mas. 
"Anankk, terimalah empat bungkusan yang masing- masing berisi biji timun, jarum, garam dan terasi," kata Ibu Timun Mas sambil menjelaskan pula cara penggunaannya. Setelah memahaminya, Timun Mas lari meninggalkan rumah.
Kakek Raksasa Sakti tidak menemukan Timun Mas. Ia berusaha mencari sendiri. Dari kejauhan Kakek Raksasa Sakti melihat Timun Mas berlari seperti kilat dan segera dikejarnya.
Timun Mas hampir tersusul. Dan ia segera membukan bingkisan yang pertama berisi biji ketimun. Seketika itu juga tumbuhlah biji timun dengan subur dan lebat sekali.  "Aku harus segera makan timun iniuntuk mengobati dahagaku,"kata Kakek Raksasa Sakti dengan riangnya. Semua buah Timun dimankannya, tidak ada satu pu yang tersisa.
Sesudah habis timunnya, Kakek Raksasa Sakti mengejar Timun Mas lagi. Timun Mas hampir tersusul. Ia segera membuka bungkusan kedua yang berisi jarum. Seketika itu juga tumbuh menjadi hutan bambu berduri. Kakek Raksasa Sakti ragu- ragu menerobos hutan bambu berduri itu. "Terobos hutan itu, kutunggu  di sini !" seru Timun Mas. Kakek Raksasa Sakti segera menerobos hutan bambu berduri itu. Seluruh badanya tergores duri bambu. Namun semua itu tidak dirasakannya. Yang penting dapat menangkap dan menyantap Timun Mas.
Timun MAs melihat Kakek Raksasa Sakti sudah dekat kembali. Ia lalu membuka bungkusan yang ketiga berisi garam, dan melemparkannya ke belakangnya. Di tempat jatuhnya  garam, berubah menjadi laut yang dalam serta bergelombang tinggi. Kakek Raksasa Sakti   bertekad menyebrangi lautan. "Timun Mas! Tunggu sebentar !", Kutunggu di sini kek!" jawab Timun Mas. Kakek Raksasa Sakti sampai di tepi laut dengan selamat. Namun, ia sangat lelah. Melihat Kakek raksasa Sakti kepayahan, lalu Timun Mas membuka bungkusan yang keempat yang beisi terasi dan dilemarkan ke belakang. Timbullah lautan lumpur, luas dan dalam, serta mendidih, Kakek Raksasa bingung sekali. " Bagaimana caranya menyebrangi lautan ini," katanya dalam hati. Namun karena keinginan yang menggebu-gebu untuk menyantap Timun Mas, ia segera terjun, ternyata makin ke tengah, lautan lumpur makin pana dan berjalan mengikuti kakinya. Kakek Raksasa Sakti semakin kehabisan tenaga dan ia meninggal dalam lumpur panas.
Timun Mas terlepas dari cengkraman Kakek Raksasa Sakti, segera ia kembali ke rumah ibunya. Karena Timun Mas terkenal kecantikannya, ia dipersunting menjadi seorang pangeran. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Wuih...seru ya adik-adik. Hari ini kita belajar apa ya ?
Kebenaran akan dapat mengalahkan ketamakan dan kerakusan, asalkan berani membela dengan mempertaruhkan jiwa raga yang tanpa pamrih.

JAKA TARUB

Adik - adik, pernahkah kalian mendengar cerita tentang Jaka Tarub ? Ia adalah anak seorang janda.  Nama sesungguhnya Jaka, tetapi karena ia tinggal di desa Tarub maka ia dikenal dengan nama Jaka Tarub. Ia mempunyai kebiasaan menyumpit burung." Ayo taruh sumpit itu," kata ibunya kepada Jaka Tarub, namun ia tidak menghiraukannya. Ia bawa sumpit itu kemana pun ia  pergi. 

Pada suatu sore, Jaka Tarub menggembalakan kambing di pinggir hutan. Dilihatnya seekor burung Kutilang yang elok bulunya di sebuah pohon. Jaka Tarub  lalu menyumpitnya, tetapi tidak mengenai sasaran. Burung Kutilang terbang dan dikejar Jaka, di tengah jalan ia bertemu dengan Paman Gondel yang memperingatkannya. "Kamu jangan masuk hutan angker itu,'kata paman Gondel, namun Jaka Tarub tidak menghiraukannya.


Tibalah Jaka Tarub di tengah hutan belantar. Ia terkejut mendengar dari kejauhan suara beberapa wanita yang sedang mandi di sebuah sendang. Dengan was- was Jaka Tarub memberanikan diri mengintip dari balik batu besar."Ada sebuah selendang di atas batu,"ujarnya. Tanpa pikir panjang JakaTarub mengambilnya. Rupanya di balik bebatuan itu ada tujuh bidadari yang sedang menikmati segarnya air sendang.
"Ada manusia !", teriak salah satu dari bidadari yang melihat ada manusia mengintip dari balik batu. Saat itu juga keceriaan dan kegembiraan mereka pudar, dengan segera mereka mengambil selendang, lalu terbang ke kahyangan.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, salah satu bidadari bernama Nawang Wulan kehilangan selendang, ia bidadari bungsu. " Ee, hadis cantik, apa yang kau cari?" tanya Jaka Tarub memberanikan diri. Nawang Wulan ketakutan, namun ia berusaha menguasai diri dan menjelaskan bahwa ia kehilangan selendang. Jaka Tarub mengajak berkenalan dan Nawang Wulan bersdia diajak ke rumah Jaka Tarub.

"Anakku sudah kembali," kata Ibu Jaka Tarub terharu. Jaka Tarub memperkenalkan Nawang Wulan sebagai calon menantu Ibunya. Mereka pun menikah dan hidup bahagia. 
"Pasti Jaka Tarub memelihara Jin Kekayaan,"kata Paman Gondel. Betapapun Jaka Tarub kerjanya hanya tidur- tiduran dan bermalas-malasan, namun kehidupan Jaka Tarub bercukupan. Sehingga banyak orang mengira Jaka Tarub memiliki Jin Kekayaan atau bahkan istrinya keturunan siluman.

"Bukan main padi di lumbung tiba- tiba penuh, dari mana istriku mendapatkannya?'gumam Jaka Tarub dengan nada heran. Memang benar setiap padi di lumbung mulai menipis, saat itu juga penuh seketika. "Jangan- jangan istriku keturuna siluman seperti kata banyak orang,"gumam Jaka Tarub dipendam dalam hati. 

Pada suatu saat Jaka Tarub membuka tutup dandang yang selalu dilarang istrinya menanak nasi. Tutup dandang dibuka, dilihat di dalamnya terdapat setangkai padi. Sepulang dari mencuci pakaian di sunagi Nawang Wulan menuju ke dapur untuk melihat apakah nasinya sudah masak."Celaka!' teriak Nawang Wulan berulangkali setelah melihat tutup dandang yangberupa kukusan diangkat dan setangkai padi di dalamnya di lihat orang. Sejak saat itu kesaktian Nawang Wulan hilang. Ia harus bekerja kera untuk memenuhi kebutuhannya.

Suatu ketika persediaan di lumbung padi menipis. Nawang Wulan mengangkat seikat padi, ia lihat sebuah selendang berada di bawahnya. "Ini selendangku!', seru Nawang Wulan. Jaka Tarub minta maaf, karena telah mencurinya. Nawang Wulan ingin segera pulang ke kahyangan, dan sebagi kenang- kenangan adalah seorang anak yang dilahrkan bernama "Nawangsih". Nawang Wulan segera mengenakan selendang dalam sekejap ia membumbung tinggi hilang di balik awan. 

Jaka Tarub sangat sedih dan terharu. Akhirnya mereka berpisah. 

Hayo adik- adik, apa yang dapat dipelajari dari cerita ini?
Perbuatan mencuri adalah perbuatan tiak baik. Untuk meraih cita- cita perlu kerja keras, rajin dan giat berusaha.

Dua Puteri Kecubung

Adik-Adik yang pandai, 

Cerita kali ini berasal dari Jawa Timur, tepatnya di baah kaki gunung Wilis. Yaitu sebuah kerajaan besar yang aman, tenteram, makmur dan sejahtera. Kerajaan tersebut bernama Kamboja. Namun di balik itu Sri Baginda dan permaisurinya selalu murung, bahkan permaisuri mengalami kesedihan yang mendalam. "Sudah sekian lama kita menantikan anak, tetapi harapan itu hanya mimpi," keluh permaisuri sambil menahan tangis." Bersabarlah. Yakinkan diri adinda bahwa anak yang kita nantikan itu pasti akan segera tiba,"kata Sri Baginda menghibur." Kapan?"desak permaisuri. Tentu saja Sri Baginda tidak dapat menjelkaskan tentang kedatangan anak yang sangat didambakannya itu. Karena semua itu Sang Dewa lah yang mengatur.

Sementara itu disebuah desa Pala pinggir danau Watur ada sebuah gubuk reyot yang dihuni oleh Nenek Sari dan dua orang cucunya bernama Kecubung Merah dan Kecubung Putih. Pekerjaan mereka adlah menenun. Setiap malam dari gubuk reyot itu terdengar suara alat tenun dengan penerangan sebuah lentera yang tampak remang-remang. "Malam ini, alu harus bisa menyelesaikan kain tenunku ini,"gumam Kecubung Putih. "Hari sudah larut malam, beristirahatlah. Besok masih ada waktu mengerjakannya,:kata Nenek Sari memperingatkan.
"Aku heran dengan cucuku Kecubung Putih ini. Rajin dan tekun. Berbeda sekali dengan kecubung Merah, kakaknya, malas dan maunya tidur melulu. Sampai-sampai masdipun lupa. Kalau ditegur malah melawan," gumam Nenek Sari. Malam itu juga Kecubung Putih berhasil meyelesaikan helai kain tenunnya."Coba lihat, Nek,"kata Kecubung Putih kepada Nenek Sari. "Bagus sekali,"jawab Nenek Sari terkagum-kagum. Memang hasil tenunan nenek Sari halus dan rapi. Nenek Sari yakin kain tersebut banyak yang menginginkannya. Ia bersyukur mempunyai cucu yang pandai menenun. Tak sia-sia ia mengajarkannya.

Adik-adik yang pandai, sementara itu di Istana Kerajaan, Sri Baginda memanggil Patih Sudanapada. "Ampun Sri Paduka. Ada apa hamba disuruh menghadap?"kata Patih Sudapada. "Begini,Patih. Tadi malam aku bermimpi. Sepertinya mengandung kekuatan gaib,"kata Sri Baginda menyakinkan. "Aku disuruh mencari sehelai kain tenun asli, halus dan rapi yang dikerjakan oleh tangan yang mahir,"tambahnya. "Ampun Sri Baginda. Setahu saya di kerajaan ini hanya ada seorang yang mahir dalam menenun kain. Dia tinggal di desa Pala Pinggir danau Watur," kata Patih Sudanapada. Lantas Sri Baginda memerintahkan Patih Sudanapada untuk mencari orang yang mahir menenun itu. Patih Sudanapada ebeserta rombongan pun segera berangkat.

Mereka pun tiba di sebuah gubuk reyot tempat tinggal Nenek Sari dan kedua cucunya. "Ampun tuan Patih.Hamba ingin tahu, ada keperluan apa tuan Patih datang ke gubuk kami?tanya nenek Sari penuh hormat. Patih Sadanapada menjelaskan bahwa, ia diutus oleh Sri Baginda untuk mencari kain tenun dari penenun mahir. Nenek Sari menjanjikan bahwa sehelai kain tenun yang diminta Sri Baginda akan diantar sendiri. Adapun sehelai kain tenun yang akan dipersembahkan kepada Sri Baginda adalah hasil tenun Kecubung Putih.

Nenek Sari menyuruh kecubung Merah mengantar sehelai kain tenun ke istana kerajaan. Kecubung Merah senang sekali menerima tugas dari neneknyaitu. Pagi-pagi benar, ia sudah bangun dan berdandan rapi. Tiba di istana , Kecubung Merah langsung menghadap Sri BAginda. "Terimalah salam hormat hamba, Sri Baginda, " kata Kecubung Merah sambil menyerahkan sehelai kain tenun. "Aku terima salam hormatmu,"jawab Sri Baginda. Kecubung Merah pun memperkenalkan diri dan mengutarakan bahwa kain tenun yang diserahkan  kepada Sri Baginda adalah hasil tenunannya sendiri. Sri Baginda tak henti-hentinya memuji kemahiran Kecubung Merah dan menenun. Kecubung Merah merasa besar hati dipuji dan disanjung Sri Baginda. Ia pun menginap beberapa hari di Istana kerajaan. Ia menerima hadiah dari Sri Baginda. Namun, semua itu bukannya menjadikan Kecubung Merah rendah hati, melainkan ia justru menjadi sombong. 

Adik-adik, suatu hari Sri Baginda mendapat firasat agar mencari tahu siapa sebenarnya menenun selembar kain tenun yang diterimanya."Mungkinkah kecubung Merah membohongiku?Hem, menurut perasaanku ada baiknya aku cek. Ketika ia menerima berbagai hadiah dariku ia selalu tampak gugup dan membuang muka. Sri Baginda segera memerintahkan kepada Patih Sudanapada untuk mencari tahu siapa sebenarnya penenun itu. Maka Patih Sudanapada beserta rombongannya menuju ke gubuk Nenek Sari. Ia pun mendapat penjelasan bahwa yang menenun selembar kain yang diterima Sri Baginda adalah Kecubung Putih. Lalu sang Patih pun melaporkannya ke Sri Baginda apa yang diketahuinya. 
" Berani benar Kecubung Merah membohongiku! Jebloskan dia dalam  penjara! Cepat !," perintah Sri Baginda sangat murka. Kecubung Merah harus menerima hukuman sesuai denga perbuatannya. Kecubung Merah minta ampun, tetapiSri Baginda tetap pada pendiriannya. Kecubung Merah harus masuk penjara.

Kejadian yang dialami Kecubung Merah diketahui oleh Nenek Sari dan Kecubung Putih. Kecubung Putih tidak tega melihat kakaknya, iapun menghadapt Sri Baginda agar kakaknya diampuni. "Apa jaminanmu aku membebaskan kakamu?" tanya Sri Baginda. "Hamba akan menenun permadani yang indah,"jawab Kecubung penuh hormat. Mendengar itu, Sri Baginda menyanggupinya. Sri Baginda mensyaratkan kain permadani itu selesai dalam waktu satu minggu. 

Kecubung Putih pun segera mengerjakan tenunan kain permadani. Siang malam, ia terus bekerja. Dalam waktu satu minggu, kain permadani tersebut selesai dikerjakannya dan segera diserahkan kepada Sri Baginda. "Oh, alangkah bagus dan indahnya kain permadani ini,"kata Sri BAginda terkagum-kagum. Maka Sri Baginda pun segera membebasakan Kecubung Merah dari penjara. Kecubung Merah sangat berterima kasih dan minta maaf pada adiknya. Ia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya itu. Melihat hal itu Sri Baginda sangat iba. Atas keinginan Sri Baginda dua puteri Kecubung itu diangkat menjadi anak. Nenek Sari pun diperbolehkan tinggal di istana. Tak lama kemudian, Sang Permaisuri pun mengandung dan setelah bulannya melahirkan seorang anak laki- laki. Ini bekat Sri Baginda mengangkat anak kedua puteri Kecubung.

Adik- adik, pesan cerita ini adalah...
Kebohongan cepat atau lambat akan terungkap juga.

Kecapi Sakti

Hallo adik- adik yang manis, hari ini kakak mau bercerita tentang kisah seorang petani muda yang tinggal di sebuah desa di Sumatera Utara. Ia sudah yatim, karena ayahnya sudah meninggal. Ia bernama Jonaha. Begini cerita kehidupanya...

Sebagai seorang petani, Jonaha bertanam padi di sawah. Sewaktu tanaman padinya siap disiangi, Jonaha malah bermalas- malasan. Setiap hari kerjanya hanya bermanin kecapi. "Hai pemalas!"hardik salah seorang tetangga Jonaha. "Orang lain kerja keras, kau malah enak- enak bermain kecapi ! Lihat, padimu sudah saatnya kau siangi!"tandasnya lagi. "Tenang. Kecapi saktiku ini sudah bekerja menyiangi tanama padiku,"timpal Jonaha dengan santai. Memang kenyataannya tanaman padi Jonaha sudah hampir selesai disiangi.

Berita tentang kehebatan kecapi sakti milik Jonaha bisa menyiangi padi, membuat banyak orang penasaran. Meeka ingin tau keajaiban kecapi sakti yang sesungguhnya. Ada seorang pemalas bernama Manehat yang datang menemu Jonaha. "Sobat, aku ingin meminjam kecapi saktimu untuk menyiangi tanaman padiku," ucap Manehat sedikit memaksa. "Boleh.Asal kau rawat dengan baik,"jawab Jonaha ringa. Kecapi sakti milik Jonaha segera dibawa Manehat.

Setibanya di rumah, Manehat bermain kecapi sepanjang hari dengan maksud agar tanaman padinya segera selesai disiangi. Pada suatu hari, Manehat berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sebelum berangkat, ia simpan kecapi yang telah dibungkus rapi di para- para. "Hem, bungkusan apa ini?"gumam istri Manehat. Ia membukanya, ternyata sebuah kecapi. Ia segera memanggil kedua anaknya bermain kecapi.Mereka pun bermain dengan riangnya. Ternyata  meeka tidak bisa. Karena jengkel, kecapi dibanting ke tanah. "Huh! Katanya kecapi sakti, kenapa tidak bisa dimainkan?"kata kedua anak itu hampir bersamaan. Untunglah kecapi tidak hancur.

Adik-adik...setelah selesai berbelanja, Manehat segera pulang. Tiba di rumah, ia segera menuju para- para ingin mengambil kecapi. "Mana kecapi saktiku!"teriak Manehat sambil mondar- mandir mencari kecapi. Ketika ia melangkah di samping rumah, dilihatnya kecapi di tanah. Kecapi segera diambil dan dimainkan. Ternyata bunyinya lain, menjadi tak karuan."Kalau begini, kecapi ini segera kukembalikan ke pemiliknya,"kata Manehat dalam hati. Ia segera menuju rumah Jonaha. Ketika Jonaha menerima kembali kecapinya, langsung dibunyikan. "Loh, kenapa bunyi kecapi ini menjadi lain? Nadanya tak karuan? ujar Jonaha setengah bertanya bercampur rasa heran. Manehat menjelaskan duduk persoalannya, mengapa kecapi menjadi rusak bunyinya.

Mendengar penjelasan Manehat, Johnaha marah besar karena kecapinya rusak dan hilang kesaktiannya. Manehat minta maaf dan mau bertanggung jawab atas kejadian itu. "Kalau begitu, terimalah sebuah kalung emas ini sebagai ganti rugi," kata Manehat merendah, sambil menyerahkan seuntai kalung.Jonaha tidak mau menerima ganti rugi berupa seuntai kalung itu. Ia hanya ingin kecapinya menjadi sakti lagi. Alasannya, tanpa memiliki kecapi sakti, Jonaha tidak bisa mengerjakansawah dan ladangnya."Kalau begitu, aku ingin membantumu bekerja di swah dan diladang." ujar Manehat menawarkan diri dengan maksud sebagai ganti rugi. Dengan demikian, Manehat tidak menerima upah.

Mendengar kesediaan  Manehat ingin membantunya di sawah dan di ladang, Jonaha menerimanya dengan senang hati. Hari itu juga Manehat mulai bekerja. Tidak sekedar itu, Manehat juga membantu pekerjaan yang ada di rumah. Ini sebuah pengorbanan Manehat atas resiko yang ditimbulkan dari keteledorannya sendiri. Rumah dan halaman Jonaha selalu rapi dan bersih. Sawah ladangnya diolah dengan baik, sehingga hasilnya berlimpah. Semua ini berkat bantuan Manehat yang semula pemalas, sekarang menjadi rajin. " Kuucapkan terima kasih atas bantuanmu.Aku minta mulai sekarang kau harus rajin seperti di rumahku ini,"kata Jonaha. 

"Sekarang aku ingin berterus terang. Sebenarnya kecapiku tidak sakti, melainkan akulah yang sakti. Aku bekerja menyiangi tanaman padiku pada malam hari, sedangkan pada siang hari, aku bermain kecapi,"jelas Jonaha secara terbuka. Mendengar penjelasan itu, Manehat merenung dan mengoreksi diri. Hasilnya ia menemukan jati diri yang sebenarnya. Bahwa dirinya bisa rajin, tekun, ulet dan mampu membuang jauh- jauh rasa malasnya.

Adik-adik yang manis, apa yang kita pelajari kali ini ?
Orang yang mengharapkan dan mengandalkan bantuan orang lain, ternyata dapat menjadi korban dari kecerdikan yang diandalkannya itu. Jika orang tersebut tersandung masalah, barulah ia menjadi sadar bahwa dirinya mempunyai potensi untuk menjadi berhasil seperti orang yang diharapkan memberikan bantuan.


Hikayat Bunga Kemuning

Hallo adik- adik, 
Apa kabarnya ? Hari ini kakak mau bercerita tentang Hikayat Bunga Kemuning. Begini ceritanya...

Pada zaman dahulu kala, tersebutlah sebuah kerjaan yang ditinggali putri- putri cantik. Sepuluh orang jumlahnya. Ayah mereka adalah seorang raja yang sangat dihormati. Sayang sekali ibu mereka telah meninggal dunia ketika melahirkan si bungsu. Sedangkan raja terlalu sibuk dengan urusannya sendiri, sedangkan inang pengasuh tak erani terlalu keras kepada para putri.
Akibatnya , puteri- puteri raja itu menjadi sangat manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain- main di danau, tak mau belajar atau membantu ayah mereka. Mereka juga suka mengganggu orang lain dan bertengkar satu sama lain.

Kesepuluh puteri itu dinamai berdasarkan nama- nama warna. Puteri sulung bernama Puteri Pejambon. Adik-adiknya bernama Puteri Jingga , Puteri Nila, Puteri Lembayung, Puteri Ungu,Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye,Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning. Dengan begitu , sang Raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh, karena para  puteri itu mirip satu sama lain. Meski kecantikan mereka nyaris sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda. Ia tidak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya, ia selalu riang dan ramah kepada siapa saja.

Pada suatu kali, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua putrinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh- oleh apa yang  kalian inginkan ?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Pejambon. "aku mau kain sutera yang berkilua- kilau,"kata Puteri Jingga. Mereka lantas berebut meminta hadiah yang mahal-mahal pada sang ayahanda. Puteri Kuning berpikir sejenak, lalu memegang tangan ayahnya," Ayah, aku hanya ingin kembali dengan selamat,"katanya. Kakak- kakaknya tertawa dan mencemoohnya. 
"Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah yang indah untukmu,"kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Sepeninggalan sang ayah, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka membenatak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti perkataan mereka.Karena sibuk meneuruti permintaan para puteri pelayan tidak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sedih melihatnya. Ia sendiri langsung turun tangan. Tanpa ragu ia mulai mengambil sapu dan mulai membersihkan daun-daun kering yang rontok, rumput liar dicabutnya dan dahan-dahan pohon dipangkasnya rapi. Semula inang pengasuh dan pelayan melarangnya, tetapi Puteri Kuning tetap bersikeras mengerjakannya.
Melihat hal itu kakak- kakak Puteri Kuning bukan membantunya , tetapi malah tertawa keras- keras dan mengejeknya. "Kei pelayan! Masih ada kotoran nih!" Mereka pun melemparkan sampah. Taman istana yang tadinya sudah rapi, acak-acakkan kembali. Hal itu terjadi berulang- ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kaka-kakanya.

"Kalian sungguh keterlaluan. Mestinya ayah perlu membawa apa-apa kepada kalian. Bisanya hanya mengganggu saja !" kata Puteri KUning dengan marah. Begitulah yang terjadi setiap har sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba, kesembilan puteri sedang bermanin- main di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahu hal itu, sang raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayah tak mampu memberi apa-apa ke kalina selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kesayanganmu!"kata raja.Raja memang sudah mencari -cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak dijumpainya. "Sudahlah ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi.Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puter Kuning. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu ! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!'katanya denga perasaan iri.

"Ayah memberinya kepadaku, bukan kepadamu,"sahut Puteri Kuning. Mendengarnya Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. Mereka sepakat untuk merampas kalung itu dari Puteri Kuning. Dan lebih dari itu. Ketika bertemu denga Puteri KUning, mereka menangkap, lalu memukul kepalanya. Tak disangka, Putri Kemuning meninggal akibatnya."Astaga!" Kita harus menguburnya!"seru Puteri Jingga. Mereka beramai- ramai mengusung jasad Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.

Sewaktu Raja mencari Puteri Kuning, tak ada seorangpun yang tahu ke mana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah."Hai para pengawal! Cari dan temukan Puteri Kuning!"teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan- bulan, tak ada yang berhasil menemukannya. Raja sangat sedih." Biarlah anak-anaku kukirim untuk belajar dan mengasah udi pekerti.!" Mala ia pun mengirim puteri-p
uterinya di sekolah yang jauh. Raja sendiri termenung- menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari tumbuhlah, sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Baginda raja heran melihatnya. "Tanaman apa ini! Batangnya bagai jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi!Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia kemuning!"kata raja dengan senang. Sejakitu bunga kemuning mendapatkan namanya. Oleh banyak orang, bunga kemuning dipakai untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak indah, sedang kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kemuning masih memberikan kebaikan.

Adik-adik yang baik hatinya... apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini?
Kebaikan pada akhirnya selalu membuahkan hal- hal yang baik, walaupun kejahatan sering menghalanginya.