RSS

Kecapi Sakti

Hallo adik- adik yang manis, hari ini kakak mau bercerita tentang kisah seorang petani muda yang tinggal di sebuah desa di Sumatera Utara. Ia sudah yatim, karena ayahnya sudah meninggal. Ia bernama Jonaha. Begini cerita kehidupanya...

Sebagai seorang petani, Jonaha bertanam padi di sawah. Sewaktu tanaman padinya siap disiangi, Jonaha malah bermalas- malasan. Setiap hari kerjanya hanya bermanin kecapi. "Hai pemalas!"hardik salah seorang tetangga Jonaha. "Orang lain kerja keras, kau malah enak- enak bermain kecapi ! Lihat, padimu sudah saatnya kau siangi!"tandasnya lagi. "Tenang. Kecapi saktiku ini sudah bekerja menyiangi tanama padiku,"timpal Jonaha dengan santai. Memang kenyataannya tanaman padi Jonaha sudah hampir selesai disiangi.

Berita tentang kehebatan kecapi sakti milik Jonaha bisa menyiangi padi, membuat banyak orang penasaran. Meeka ingin tau keajaiban kecapi sakti yang sesungguhnya. Ada seorang pemalas bernama Manehat yang datang menemu Jonaha. "Sobat, aku ingin meminjam kecapi saktimu untuk menyiangi tanaman padiku," ucap Manehat sedikit memaksa. "Boleh.Asal kau rawat dengan baik,"jawab Jonaha ringa. Kecapi sakti milik Jonaha segera dibawa Manehat.

Setibanya di rumah, Manehat bermain kecapi sepanjang hari dengan maksud agar tanaman padinya segera selesai disiangi. Pada suatu hari, Manehat berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sebelum berangkat, ia simpan kecapi yang telah dibungkus rapi di para- para. "Hem, bungkusan apa ini?"gumam istri Manehat. Ia membukanya, ternyata sebuah kecapi. Ia segera memanggil kedua anaknya bermain kecapi.Mereka pun bermain dengan riangnya. Ternyata  meeka tidak bisa. Karena jengkel, kecapi dibanting ke tanah. "Huh! Katanya kecapi sakti, kenapa tidak bisa dimainkan?"kata kedua anak itu hampir bersamaan. Untunglah kecapi tidak hancur.

Adik-adik...setelah selesai berbelanja, Manehat segera pulang. Tiba di rumah, ia segera menuju para- para ingin mengambil kecapi. "Mana kecapi saktiku!"teriak Manehat sambil mondar- mandir mencari kecapi. Ketika ia melangkah di samping rumah, dilihatnya kecapi di tanah. Kecapi segera diambil dan dimainkan. Ternyata bunyinya lain, menjadi tak karuan."Kalau begini, kecapi ini segera kukembalikan ke pemiliknya,"kata Manehat dalam hati. Ia segera menuju rumah Jonaha. Ketika Jonaha menerima kembali kecapinya, langsung dibunyikan. "Loh, kenapa bunyi kecapi ini menjadi lain? Nadanya tak karuan? ujar Jonaha setengah bertanya bercampur rasa heran. Manehat menjelaskan duduk persoalannya, mengapa kecapi menjadi rusak bunyinya.

Mendengar penjelasan Manehat, Johnaha marah besar karena kecapinya rusak dan hilang kesaktiannya. Manehat minta maaf dan mau bertanggung jawab atas kejadian itu. "Kalau begitu, terimalah sebuah kalung emas ini sebagai ganti rugi," kata Manehat merendah, sambil menyerahkan seuntai kalung.Jonaha tidak mau menerima ganti rugi berupa seuntai kalung itu. Ia hanya ingin kecapinya menjadi sakti lagi. Alasannya, tanpa memiliki kecapi sakti, Jonaha tidak bisa mengerjakansawah dan ladangnya."Kalau begitu, aku ingin membantumu bekerja di swah dan diladang." ujar Manehat menawarkan diri dengan maksud sebagai ganti rugi. Dengan demikian, Manehat tidak menerima upah.

Mendengar kesediaan  Manehat ingin membantunya di sawah dan di ladang, Jonaha menerimanya dengan senang hati. Hari itu juga Manehat mulai bekerja. Tidak sekedar itu, Manehat juga membantu pekerjaan yang ada di rumah. Ini sebuah pengorbanan Manehat atas resiko yang ditimbulkan dari keteledorannya sendiri. Rumah dan halaman Jonaha selalu rapi dan bersih. Sawah ladangnya diolah dengan baik, sehingga hasilnya berlimpah. Semua ini berkat bantuan Manehat yang semula pemalas, sekarang menjadi rajin. " Kuucapkan terima kasih atas bantuanmu.Aku minta mulai sekarang kau harus rajin seperti di rumahku ini,"kata Jonaha. 

"Sekarang aku ingin berterus terang. Sebenarnya kecapiku tidak sakti, melainkan akulah yang sakti. Aku bekerja menyiangi tanaman padiku pada malam hari, sedangkan pada siang hari, aku bermain kecapi,"jelas Jonaha secara terbuka. Mendengar penjelasan itu, Manehat merenung dan mengoreksi diri. Hasilnya ia menemukan jati diri yang sebenarnya. Bahwa dirinya bisa rajin, tekun, ulet dan mampu membuang jauh- jauh rasa malasnya.

Adik-adik yang manis, apa yang kita pelajari kali ini ?
Orang yang mengharapkan dan mengandalkan bantuan orang lain, ternyata dapat menjadi korban dari kecerdikan yang diandalkannya itu. Jika orang tersebut tersandung masalah, barulah ia menjadi sadar bahwa dirinya mempunyai potensi untuk menjadi berhasil seperti orang yang diharapkan memberikan bantuan.


0 komentar:

Posting Komentar