RSS

Aji Saka


S
iapa yang tahu arti pengelana ? Adik- adik akan tahu artinya jika membaca kisah berikut ini : dahulu kala ada tiga orang pengelana dari negeri India yang dipimpin oleh seorang kesatria tampan dan gagah perkasa bernama Aji Saka. Aji Saka mempunyai pengikut yang setia , mereka adalah Dorha dan Sembadha. Mereka berhari- hari mengarungi samudera raya dan akhirnya tiba di suatu daratan bernama Tanah Jawa. “ Hore, kita sudah sampai !” seru Ajisaka dan kedua pengikutnya dengan girang.

Mereka akan melakukan perjalanan di darat, namun barang- barangnya tidak dibawa. Salah satu dari kedua orang pengikutnya harus menunggu barang bawaan tersebut. Setelah diundi, ternyata Sembadha yang harus menjaga. “Ingat pesanku,paman Sembadha, barang – barang ini tidak boleh diambil siapapun, kecuali aku, dan rawatlah barang- barang ini, seperti merawat dirimu sendiri,” pesan Ajisaka kepada  Sembadha. Setelah itu, Ajisaka dan Dorha berangkat.
Setelah beberapa hari menempuh perjalanan, Ajisaka dan Dorha tiba di sebuah dusun yang merupakan wilayah Kerajaan Medangkamulan. Mereka bertemu dengan salah seorang penduduk  yang tampak murung dan sedih, “ ceritakanlah apa yang sedang kau alami, pak?” tanya Ajisaka. Semula orang itu tidak mau bicara, namun setelah didesak terus,barulah orang itu berterus terang bicara,” Aku harus segera berpisah dengan anak laki- laki kesayanganku untuk dijadikan santapan Raja.”
Mendengar keluhan itu, Ajisaka bersedia menjadi penggantinya.

Adalah Dewavengkar, seorang Raja Keraajaan Medangkamulan yang setiap tiga hari sekali harus disediakan seorang pemuda untuk dijadikan santapannya. “Aku lapar!. Aku lapar !” teriak Raja Dewatacengkar sambil menahan lapar. Seorang Patih melaporkan bahwa di pintu gerbang istana ada seorang pemuda gagah lagi tampan bersedia dijadikan santapan Raja Dewacengkar.
Ajisaka segera menghadap Raja Dewacengkar dan memperkenalkan diri serta mengatakan maksudnya. “ Ini baru santapan lezat dan nikmat!” seru Raja Dewatacengkar dengan girang. Sebelum Ajisaka disantap, ia mengajukan syarat yang harus dipenuhi Raja Dewatacengkar yaitu berupa tanah selebar ikat kepalanya. Raja Dewatacengkar menyanggupinya. Ajisaka segera meletakkan ikat kepalanya di atas tanah. Ikat kepala langsung melebar, sehingga Raja Dewatacengkar terpaksa mundur dan akhirnya tercebur di laut selatan. Seketika itu juga, Raja Dewatacengkar berubah wujud menjadi buaya putih. Akhirnya, seluruh rakyat Kerajaan Medangkamulan bersukaria.

Kemudian Ajisaka diangkat menjadi raja Medangkamulan menggantikan Raja Dewatacengkar. “ Segera jemput Sembadha dan ambil barang- barang kita,” kata Raja Ajisaka kepada Dorha. Semula Dorha tidak menyanggupi karena ia lupa rute perjalanan yang dulu ditempuh. Namun, atas petunjuk bintang di langit, ia dapat sampai di tempat Sembadha berada.
“Atas perintah Sri Baginda Raja Ajisaka, aku akan ambil barang- barang ini!” tandas Dorha kepada Sembadha sangat meyakinkan. Namun Sembadha tak bergeming, ia tetap mempertahankan pesan Ajisaka sebelum melakukan di daratan.

Karena Dorha dan Sembadha saling mempertahankan pendirina  sampai mati- matian, maka terjadilah pertarungan seru. Suasana pertarungan sangat mencekam dan menegangkan. “Aku tidak mau menyerah padamu, Sembadha ! Ciaat !.. Ayo keluarkan semua kesaktianmu !” tantang Dorha kepada Sembadha.Terjadilah adu ilmu kesaktian tinggi.
“ Terimalah keris bertuahku ! Ciaaat!” teriak Dorha melompat sambil menghunus keris bertuah miliknya. Sembadha terlambat menghindar. Seketika itu juga keris bertuah menembus perut Sembadha. Pada saat nyawa meregang, Sembadha dapat menghunus keris bertuahnya dan tepat menembus perut Dorha. Tidak berapa lama Dorha meregang nyawa.
Di istana Medangkamulan, Ajisaka sangat gelisah menunggu kedatangan Dorha dan Sembadha yang tak kunjung datang. Akhirnya, Ajisaka memutuskan untuk menjemput mereka. Setelah Ajisaka tiba di tempat itu, betapa terkejutnya ia melihat Dorha dan Sembadha telah menjadi mayat. Saat itu Ajisaka berucap :
Ha  Na  Ca  Ra  Ka  - Ada utusan
Da  Ta   Sa  Wa  La – Saling bertengkar.
Pa  Da   Ja  Ya  Nya –Sama- sama sakitnya
Ma  Ga  Ba  Ta  Nga – gugur bersama

Adik- adik, ini adalah huruf dasar aksara Jawa. Apa maksud dari cerita ini ?

K
esetiaan yang tulus merupakan wujud nyata dari tanggungjawab. Dorha dan Sembadha gugur bersama demi menunjukkan kesetiaan kepada seorang Ajisaka.

0 komentar:

Posting Komentar