“H
|
alo adik- adik.
Bagaimana dengan nilai sekolah kalian ? Kakak harap kalian belajar yang rajin
ya… Sebagai hadiahnya kakak mau bercerita. SIlahkan membacanya !”
Konon dahulu
kala di Tanah Toraja hidup seorang anak muda namanya Polo Padang. Ia hidup di tengah
hutan sebagai petani yang sangat ulet dan terampil sehingga apa saja yang
ditanamnya tumbuh dengan subur. Maka tidak mengherankan, bila hasil ladangnya
melimpah setiap panen. Suatu ketika, Polo Padang sangat heran. Menjelang panen,
tanaman di kebunnya selalu di petik lebih dahulu oleh orang yang tidak
diketahui. Untuk dapat mengetahui siapa pencurinya, Polo Padang memutuskan
untuk bermalam di pondok di tengah kebunnya. Semalam suntuk ia mengamati dari
dalam pondoknya untuk mengetahui siapa sebenarnya yang selalu menghabiskan
tanamannya. Namun sampai pagi, pencuri tidak juga datang.
Ketika matahari
telah terbit dari ufuk timur, dia bermaksud mau menghilangkan rasa kantuknya
dengan tidur sebentar di pondok. Namun baru saja berbaring, Polo Padang menyaksikan
tiga gadis cantik turun dari langit melalui pelangi. Ketiga gadis cantik itu
langsung menuju kebun Polo Padang. Sementara gadis- gadis itu asyik memetik
jagung, Polo Padang tidak berani langsung menegur tetapi ia hanya mengintip
dari lubang dinding pondok. Setelah puas memetik jagung ketiga gadis itu lalu
mandi di pancuran yang ada di tengah kebun Polo Padang. Polo Padang pun mulai
menyusun strategi untuk dapat menangkap ketiga gadis yang turun dari langit
itu. Polo Padang lalu mendekati pancuran tempat gadis- gadis itu mandi. Dengan
perlahan, ia mengambil pakaian salah seorang gadis dan menyembunyikannya.
Ketika selesai
mandi, ketiga gadis itu bermaksud kembali ke langit dengan membawa hasil lading
yang telah dipetik dari Kebun Polo Padang. Namun apa yang terjadi, mereka kaget
karena pakaian salah seorang temannya telah hilang. Polo Padang tidak
menyia-nyiakan kesempatan untuk menolong dan mengngkapkan isi hatinya,” Karena
kamu yang selalu menghabiskan tanaman yang ada di kebun saya, sebagai balasannya
, aku akan mengawinimu,” kata Polo Padang. “ Rasanya tidak mungkin orang dari
langit menikah dengan orang di bumi. Manusia di bumi sering mengucapkan kata-
kata tabu dan kotor, yang bagi kami sangat dilarang,” kata gadis itu. “ Aku
akan berjanji untuk tidak mengucapkan sepatah kata kotor pun selama kita hidup
bersama,” janji Polo Padang kepada gadis itu. Dan akhirnya mereka pun menikah.
Setelah setahun
mereka menjalani hidup sebagai suami istri, mereka dikaruniai seorang putera
namanya Pairunan. Ketika Pairunan berumur 3 tahun, ia minta ayahnya untuk
dibuatkan mainan yaitu gasing. Ia sangat menggemari mainan itu. Hampir tiap
hari ia mainkan. Pada suatu hari Pairunan sedang main gasing di kolong rumah
sedangkan Polo Padang sedang membelah kayu api di halaman rumah. Karena kurang
hati- hati, kampak terpeleset dan mengenai kakinya. Saat itu, secara tidak
sadar, Polo Padang mengucapkan kata- kata kotor yang merupakan pantangan.
Istrinya yang sedang menenun di atas rumah, mendengar dan langsung berhenti
menenun.
Adik- adik, lalu
apa yang terjadi ? Tanpa pamit, istrinya langsung kembali ke langit bersama
anak satu- satunya. Polo Padang sangat menyesali perbuatannya itu. Polo Padang
jadi pengembara, ia pergi tanpa tujuan, dan baru berhenti ketika tiba di tepi
pantai dan menangis sekuat-kuatnya. Pada saat itulah muncul seekor Tedong Bulan
( kerbau putih ). Polo Padang mengutarakan keinginannya menyebrang lautan untuk
bertemu dengan anak dan istrinya. Karena terharu Kerbau Putih bersedia
mengantarkannya, tetapi dengan satu syarat” Seluruh keturunannu tidak boleh
makan daging kerbau putih. Apabila dilanggar, seluruh anak cucumu akan
menderita penyakit yang tidak bisa disembuhkan.”ucap Kebau Putih. Polo Padang
menerima tawaran itu.
Sampailah Polo Padang di sebuah pulau kecil. Pada malam hari, ia melihat bulan purnama yang sangat dekat dengan bumi. Ia minta Bulan Purnama untuk mengantarkan menemui anak dan istrinya. Bulan Purnama sangat terharu dan bersedia mengantarkan Polo Padang, tetapi hanya bisa sampai ke langit lapisan pertama, untuk melanjutkan ke langit ketujuh hanya bisa dilakukan oleh bintang- bintang di langit.
“Dapatkah
bintang menolong saya dengan mengantar saya samapi ke lapisan langit ketujuh ?”
Kami memang akan ke langit lapisan tujuh, namun saying kami ini terlalu cepat,
kamu pasti tidak tahan. Mendengar jawaban itu. Polo Padang putus asa dan
menangis. Dalam keadaan putus asa, muncullah bintang- bintang yang lain.
“Polo Padang,
jangan mennagis dan putus asa. Marilah ikut kami, kami rela mengantar sampai ke
lapisan langit ketujuh”.
Sampai ke langit
ketujuh, ia berjumpa dengan gadis-gadis yang sedang mengambil air untuk
persiapan pesta. Raja membuat pesta yang sangat meriah sebagai rasa syukur dan
terima kasih atas kembalinya anak yang dia sayangi. Secara diam- diam, Polo
Padang memasukkan gasing ( mainan Pairunan, anaknya yang sangat disayangi).
Sesampainya di sana, gadis- gadis itu menuangkan air itu ke dalam sumur tempat
Pairunan mandi bersama ibunya. Ketika ia mau mandi, Pairunan dan ibunya kaget
melihat gasing milik Pairunan ada dalam sumur. Maka ia segera memanggil gadis
yang membawa air itu dan menanyakan dari mana ia mendapatkan gasing itu.
Akhirnya Polo Padang dijemput untuk dipertemukan dengan raja, dan menceritakan
kejadiannya. Raja memberi 3 syarat kalau ingin bertemu dengan anak dan
istrinya.
Polo Padang
harus memenuhi beberapa syarat antara lain :
1. Harus mengambil air sungaii
dengan keranjang
2. Menebang pohon kenari sebanyak
satu lembah
3. Menebak istrinya di tempat
gelap di antara sekian banyak wanita.
Polo Padang
menerima syarat itu. Maka ia segera menjalankannya.Walau semua syarat mustahil
bisa dilakukan, tetapi berkat bantuan dari belut yang menutup keanjang untuk
mengambil air, angin topan yang menumbangkan seluruh pohon kenari yang ada di lembah
itu, dan seekor kunang- kunang yang hinggap disanggul istrinya di antara gadis-
gadis lainnya dalam kegelapan. Akhirnya
Polo Padang menghadap Raja untuk melaporkan keberhasilannya.
Tuhan telah
menjodohkan anakku yang bungsu dengan manusia dari bumi namanya Polo Padang.
Karena itu, Tuhan telah mempersatukan kembali dan mereka bertiga kembali ke
bumi. Mereka turun dari langit melalui pelangi. Mereka inilah yang dalam cerita
kuno di Toraja itu disebut “ To Manurun”
artinya orang yang turun dari langit. Itu pula sebabnya, setiap orang Toraja
dilarang menunjuk pelangi dengan memakai jari. Bila ini dilanggar, jari- jari
itu akan membusuk sampai habis. Pelangi bagi orang Toraja merupakan tanda
kehadiran dewa dari langit yang datang minum air di bumi.
W
|
ah, seru ya
adik-adik ceritanya. Di sini kita belajar 3 hal ya, adik- adik, yaitu :
1.
Keuletan dan kemauan bekerja
keras akan membawa manfaat besar.
2.
Dalam ketidakberdayaan, sesama
dan makhluk lain bisa menjadi inspirasi
untuk keluar dari kesulitan.
3.
Ketidaktaatan pada janji akan membawa malapetaka dan kehancuran.
0 komentar:
Posting Komentar