A
|
lkisah,
pada zaman dahulu kala ada sebuah kerajaan di Pulau Jawa yang aman dan tentram.
Rakyatnya hidup rukun dan damai. Tanahnya subur makmur dan memberi hasil yang
melimpah ruah . Namun, suatu ketika kerajaan tersebut ditimpa musibah yang amat
luar biasa, yaitu serangan hama tikus pada tanaman padi di sawah. “Tikus!
Tikus! “ semua penduduk berteriak karena selalu bertemu dengan tikus. Hampir
semua tempat dikuasai tikus. Padi di lumbung dan di sawah juga habis dimakan
tikus. Tanaman Palawija di lading dan di kebun juga tidak ada yang tersisa.
Bahaya kelaparan mulai mengancam seluruh kerajaan. “ Mari kita basmi mereka !”
teriak seorang penduduk sambil membunuh seekor tikus. Namun anehnya bila mereka
berhasil membunuh seekor tikus, datang lima ekor tikus yang lain. Mati satu,
datang lima, mati lima, muncul dua puluh lima. Begitu seterusnya, selalu muncul
tikus- tikus lain dengan kelipatan lima. Melihat keadaan itu, Sri Baginda Raja
pun mengeluarkan maklumat. “Barangsiapa dapat membasmi tikus yang mengancam
keselamatan negeri ini,akan kuangkat menjadi Panglima Perang kuberi hadiah emas
berlian !”
Sayembara
itu pun segera diumumkan ke seluruh negeri. Suatu saat seorang petani membunuh
seekor tikus, namun binatang itu langsung hidup kembali. “Tikus sakti !” teriak
petani itu ketakutan. Melihat kesaktian tikus itu, banyak penduduk yang tidak
yakin ada orang yang dapat memenangkan sayembara. Bahkan setelah sayembara itu
diumumkan serbuan tikus semakin merajelela.
Suatu
hari penduduk dikejutkan dengan datangnya seorang pemuda perkasa memegang bende
emas dan menunggang kuda putih. “ Hey, tikus- tikus, sekarang saatnya kalian
mengikut aku!”teriak pemuda tampan dengan lantang sambil memukul bende emasnya
tiga kali. Seketika itu juga ribuan tikus mengikuti pemuda itu. “Lihat, tikus-
tikus itu berbaris seperti semut!” teriak penduduk yang melihat kejadian itu.
Pemuda tampan itu berjalan semakin cepat, ribuan tikus yang berada di
belakangnya ikut berlari.
Tibalah
mereka di sebuah pantai dengan ombak bergulung- gulung yang siap menelan siapa
saja yang tercebur ke dalamnya. “ Masuklah ke dalam laut !”perintah pemuda itu
sambil memukul bende emas tiga kali. Dalam sekejap ribuan tikus pembawa petaka
itu langsung lenyap ditelan ombak.
Sri
Baginda mendapat laporan dari Mahapatih, bahwa seorang pemuda gagah perkasa
berkuda putih dan membawa bende emas berhasil melenyapkan hama tikus. Mendapat
laporan itu Sri Baginda sangat gembira. Ia memerintahkan agar si pemuda tampan
segera menghadapnya, untuk menerima hadiah yang dijanjikan.
Namun
Mahapatih berkata,” Ampun Sri Baginda, menurut pendapat saya untuk menduduki
jabatan Panglima Perang, tidak semudah yan dilakukan pemuda itu. Oleh karena
itu, tidak selayaknya ia diberi jabatan Panglima Perang”. Mahapatih berusaha
mempengaruhi Sri Baginda Raja.“Bahkan dialah sebenarnya yang menyihir tikus-
tikus agar menyerang negeri tercinta ini,” tambahnya.Atas hasutan Mahapatih
yang jahat itu, Sri Baginda Raja membatalkan pemberian hadiah itu. Beliau
bahkan mengusir si pemuda," Kau pembawa malapetaka! Enyahlah dari
hadapanku!”
Pemuda
tampan itu bergegas meninggalkan istana Raja. Ia menaiki kuda putihnya sambil
memukul bende emas tiga kali. Seketika itu juga puluhan anak dari seluruh
kerajaan berkumpul lalu bergegas mengikuti pemuda tampan itu masuk ke dalam gua
hantu.
“Di
mana anakku ?” teriak setiap orang tua yang kehilangan anak-anaknya. Mereka pun
segera menghadap Sri Baginda Raja. Mahapatih melaporkan bahwa anak- anak terkena sihir pemuda tampan dan dimasukkan ke
dalam gua hantu. “Segera bebaskan mereka. Jangan sampai ada yang cedera!”
perintah Sri Baginda kepada Mahapati. Ia segera menyiapkan pasukan pilihan
untuk menyerang gua hantu.
Pasukan kerajaan
di bawah pimpinan Mahapatih segera menuju gua hantu. Mereka berusaha
membebaskan anak-anak dari dalam gua hantu. Mereka bersatu-padu menghimpun
kekuatan untuk membuka pintu gua, tetapi
tidak berhasil.
“Ampun Sri
Baginda, kami tidak berhasil membebaskan anak- anak dari gua hantu,” kata
mahapatih kepada Sri Baginda. Mendengar itu Sri Baginda menjadi murka dan segera menjatuhkan hukuman
kepada mahapatih. Rakyatlah yang akan menghukumnya. Segeralah rakyat bertindak.
Mahapatih yang
jahat itu mulai dihakimi oleh para orang tua yang kehilangan anaknya. Namun
tiba- tiba datanglah seorang kakek berpakaian serba putih. “ Berhenti !” teriak
kakek itu dengan lantang dan mendekati mahapati yang sudah mulai babak belur.
“Siapakah kakek
?”tanya Mahapatih dengan mengiba. Kakek itu berkata bahwa ia adalah penduduk
biasa yang bermaksud menolong Mahapatih dari hukuman rakyat.
“Bebaskan
anak-anak dari gua hantu !” pinta Mahapatih penuh harap. Jika anak- anak
dibebaskan dari gua hantu, maka Mahapatih akan dibebaskan dari hukuman rakyat.
Saat itu pula si
kakek dan para orang tua menuju gua hantu. Kakek itu segera bersemedi di depan
gua hantu. Ia berdiri dan menghentakkan kaki kanan tiga kali. Seketika itu juga
pintu gua hantu terbuka. Aneh bin ajaib! Dalam sekejap kakek itu pun berubah
menjadi pemuda tampan tadi. Anak- anak pun segera bergegas keluar dari gua
hantu dalam keadaan sehat. Mahapatih segera mengajak pemuda itu menghadap Sri
Baginda.
“Akulah Joko
Tulus, pemuda yang pernah menyelamatkan kerajaan Baginda,”kata pemuda itu
dengan mantap. Sri Baginda ingin Joko Tulus menjadi Panglima perang, namun ia
tidak bersedia. Joko Tulus berpesan barangsiapa ingkar janji, dia akan terkena
akibatnya. Setelah Joko Tulus segera pergi. Ia selalu hidup mengembara untuk
menolong orang yang berada dalam kesulitan.
L
|
egenda Bende
Emas mengajarkan kepada kita bahwa sebuah janji yang telah disepakati harus
ditepati. Bila kita ingkar janji, kelak kita juga akan menerima akibatnya.
Selain itu, hendaknya kita menolong orang yang sedang mengalami kesulitan dengan
senang hati dan ikhlas. Adik- adik bersedia ?
0 komentar:
Posting Komentar