A
|
dik-
adik, kali ini kakak ingin bercerita kisah dari Kepulauan Maluku. Ada seorang
janda miskin bernama Mak Lena yang tinggal bersama dua orang anaknya yakni Ria
dan Roi. Mak Lena adalah seorang rajin dan giat bekerja, namun tetap saja
hidupnya serba kekurangan, karena harus menghidupi dua orang anaknya itu.
Apalagi Ria yang sudah menginjak usia remajatidak pernah membantu ibunya. Ia
sangat malas dan sifatnya pun kekanak- kanakan. Sedang Roi seorang anak laki-
laki baru berumur dua tahun. Dengan demikian, seluruh hidupnya masih bergantung
pada Mak Lena. Pada suatu hari Mak Lena menderita sakit. Ia minta tolong Ria
untuk menanak nasi dan merebus air, tetapi Ria malah pergi bermain dan
meninggalkan ibunya.
Begitulah
sikap Ria terhadap ibunya. Meski ibunya sedang menderita sakit, ia tidak pernah
memperhatikan, apaagi menolong atau menghibur. Ria sibuk bermain dengan
mainannya, seperti boneka,karet , kelereng dan sebagainya. Bahkan ia sering
meninggalkan rumah untuk bermain dengan teman- temannya selama sehati penuh. “
Aku harus segera sembuh,”gumam Mak Lena. Berkat keinginan luar biasa mak Lena
untuk sembuh dari penyakitnya, saat itu pula Mak Lena merasa segar bugar. Ia
kembali bekerja tak kenla lelah. Waktu pulang bekerja, ia selalu membawa oleh-
oleh untuk kedua anaknya. “Dua potong kue ini satu untukmu dan satu pootng lagi
untuk adikmu,” kata Mak Lena kepada Ria.
Tiba-
tiba Roi menangis sejadi- jadinya. Apa yang terjadi? Rupanya kue milik Roi
direbut oleh Ria. “Sudahlah jangan menanis saying,”kata Mak Lena menghibur Roi.
Tetapi Roi tetap saja menangis. Keserakahan telah memenuhi hati Ria. Ia tidak
menyadari bahwa hidupnya masih bergantunhg kepada orang tua. Mak Lena mengelus
dada, sambil melangkahkan kaki meninggalkan rumah menuju pantai dengan perasan
sedih.
Di
tepi pantai, Mak Lena merenungi nasibnya. “Oh, lebih baik aku mati saja,”ungkap
hati Mak Lena yang sudah putus asa. Pandangan matanya jauh menerawang ke depan,
seakan-akan masa depannya sudah tidak ada harapan lagi. Kemudian ditatapnya
sebuah bongkahan batu besar yang
terbelah dua tepat berada di depannya. Batu besar itu dikenal dengan sebutan
Batu Badaon. Saat itulah seorang kakek
berjanggut panjang dan berjubah putih mendekatinya. “Wahai wanita yang sedang
putus asa,”kata kakek itu. Mak Lena terkejut dan berusaha menenangkan hatinya.
“ Namaku Inga- Inga,”kata kakek itu memperkenalkan diri. “ Lena nama saya, “
kata Mak Lena sambil berjabat tangan dengan kakek Inga- Inga. Kakek itu
mengingatkan Mak Lena untuk tidak berputus asa dan termenung di dekat Batu
Badaon, karena batu itu akan menelan orang yang berada di dekatnya. Apalagi
orang yang putus asa terhadap hidupnya.
Mendengar
penjelasan kakek Inga- Inga itu, Mak Lena malah menyambutnya dengan senang
hati. “Lebih baik saya ditelan oleh Batu Badaon itu!” kata Mak Lena. Ia
berharap bila ditelan Batu Badaon, penderitaan hidupnya akan segera berakhir.
“Jangan! Kau jangan bunuh diri! Kau
masih punya anak kecil-kecil!”tandas kakek Inga- Inga sambil menghilang. “Oh,
di manakah kakek itu ? Tiba- tiba dia menghilang!” seru Mak Lena terkejut dan
bingung. Ia pun segera pulang ke rumahnya.
Setibanya
Mak Lena di rumah, didapatinya kedua anknya berteriak kelaparan. Mak Lena
segera membuka oleh- oleh berupa beberapa potong kue. Ria segera mengambil
semuanya, sehingga Roi adiknya tidak mendapatkan bagian. “ Jangan kau ambil
semua kue itu!” teriak Mak Lena mengingatkan Ria, “Kau jangan serakah! Berikan
pada adikmu!” Namun Ria tetap mementingkan diri sendiri dan Roi pun hanya dapat
menangis. Melihat keadaan itu Mak Lena terasa teriris hatinya. Ia ingin segera
mati saja. Dengan langkah gontai, Mak Lena meninggalkan kedua anaknya.
Kemana
Mak Lena pergi? Tenyata ia langsung menuju pantai di mana terdapat batu belah,
si Batu Badaon. Di tengah perjalanan Mak Lena bertemu dengan seorang wanita,
yang mennayakan tentang maalah yang dihadapi Mak Lena. “ Jangan ganggu aku!”
kata Mak Lena ketus, “Aku mau pergi jauh. Aku tidak mau bertemu Ria , anakku
!”tandas Mak Lena. Kemudian Mak Lena pun melanjutkan perjalanannya.
Setibanya
di pantai, Mak Lena seger berlari mendekati batu belah, Batu Badaon. Mak Lena
segera menengadah kedua belah tangannya sambil berseru,”Batu Belah! Ba tu
Badaon! Lihatlah aku yang malang ini! Terimalah diriku wahai Batu Belah, Batu
Badaon!”. Tiba- tiba bunyi menggelegar bagai halilintar membelah angkasa. Batu
Badaon terbelah menjadi dua. Lubang belahan tampak siap menelan tubuh Mak Lena.
Dalam sekejap tubuh Mak Lena masuk ke dalam belahan Batu Badaon. Setelah itu
Batu Badaon menutup kembali. Tetapi apa yang terjadi? Rupanya rambuk Mak Lena
yang mengurai panjang tidak semuanya lenyap di telan Batu Badaon. Ujung
rambunya masih tersisa, sehingga tambap dari luar.
S
|
ementara
itu, Ria dan Roi mencari Mak Lena. Kedua anak itu berjumpa dengan wanita yang
berpapasan dengan Mak Lena tadi. Wanita itu berkata bahwa Mak Lena pergi ke
pantai di mana Batu Badaon berada. “Mak!Mak!” teriak kedua anak itu
kebingungan. Betapa terkejutnya kedua anak itu melihat ujung rambut Mak Lena
yang mengurai di sela- sela Batu Badaon. “Oh, ini rambut Mak! Tega benar Mak
meninggalkan kami berdua,”gumam Ria sambil menghibur adiknya yang menagis
terus. “ Ria ikut mak!” seru Ria berulang-ulang. Tiba- tiba bunyi menggelegar
membelah angkas bersmaan deburan ombak. Batui Badaon terbelah kembali. Seketika
itu juga dua anak itu ditelan dan menjadi satu dengan ibunya.
“Ihhh,
mengerikan ya adik- adik. Makanya, kita
harus patuh dan hormat kepada orang tua. Kita pun harus membantu meringankan
beban mereka, bukan tambah menyusahkan. Belajarlah dari legenda Batu Badaon
ini.
1 komentar:
maaf, kurang mendidik, mengajarkan anak anak mudah menyerah dan memutuskan bunuh diri menyudahi segala bebandi bumi ini.
Posting Komentar