S
|
unan Drajat
adalah putera Sunan Ampel dengan Dewi Candrawati. Adiknya bernama Raden Makdum
Ibrahim yang dikenal dengan nama Sunan Bonang. Nama asli Sunan Drajat adalah
Raden Qosim, ia tekun mempelajari ilmu agama dari ayahandanya sendiri. Setelah
dewasa, Raden Qosim diminta ayahnya untuk berdakwah di sebelah barat Gresik. Di
sana belum ada ulama yang menyebarkan agama Islam. Sebelum memulai perjalanan,
Raden Qosim singgah di Pesantren Sunan Giri di Gresik untuk memohon restu. Ia
kemudian naik perahu menuju ke arah Barat.
Semula angin
laut mendorong perahu dengan tenang. Tiba- tiba angin bertiup kencang, lalu
menjadi badai yang dahsyat. Kilat sambung- menyambung. Raden Qosim selalu tak
henti-hentinya berdoa memohon perlindungan Allah. Sebenarnya, Raden Qosim
selalu mengucapkan zikir. Dengan berzikir, hati seorang akan bertambah dekat
dengan Allah.
Perahu yang
ditumpangi Raden Qosim akhirnya dihantam gelombang besar. Perahu itu oleh, lalu
menghantam batu karang yang eras. Raden Qosim nyaris tewas jika saja tidak
mendapat pertolongan dari Allah.
“Hamba datang
karena melihat perahu Raden Qosim mengalami musibah. Hamba hendak mengantarkan
Raden ke tempat tujuan. Kemanakan Raden aakn pergi?” tanya ikan talang.
Raden Qosim
menjelaskan bahwa ia akan pergi ke Desa Jelag di daerah Banjarwati.
“Baiklah, hamba
akan mengantarkan Rade,”kata ikan talang. Raden Qosim berterima kasih seraya
naik punggung ikan talang. Akhirnya, ia tiba dengan selamat di daerah
Banjarwati, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
“Terima kasih
wahai ikan talang, semoga Allah membalas kebaikanmu. Aku berjanji agar anak
keturunanku tidak mengganggumu, apalagi makan dagingmu. Bila mereka melanggar
janji ini, mereka akan terkena penyakit tak tersembuhkan,” ujar Raden Qosim.
Sesampainya di darat, Raden Qosim bersujud syukur atas perlindungan Allah.
Kedatangan Raden
Qosim disambut gembira oleh masyarakat, lebih- lebih setelah mengetahui bahwa
ia adalah Putra Sunan Ampel. Raden Qosim lalu mendirikan surrau sebagai tempat
berdakwah. Caranya berdakwah luwes dan ramah, sehingga dalam waktu enam bulan
banyak penduduk memeluk agama Islam.
Setelah menetap
selama setahun, Raden Qosim melanjutkan kegiatan dakwahnya ke sebrang selatan.
Tiga tahun kemudian, ia mendapat petunjuk Allah untuk membangun tempat berdakwah
yang lebih besar. Tempat yang dipilihnya agak tinggi, karena itu dinamai Dalem
Dhuwur. Kalau Raden Qosim kemudian disebut Sunan Drajat, hal itu bukan saja
karena pesantrennya yang di atas bukit, namun nuga oleh derajat ilmunya yang
tinggi.
Dalam melaksanakan
dakwah, Sunan Drajat termasuk pendukung “aliran putih”, yakni mengikuti secara
murni cara- cara Nabi Muhammad SAW, tanpa campur aduk dengan adat dan
kepercayaan setempat. Sunan Drajat adalah wali yang hidupnya sangat sederhana.
Walaupun demikian, ia tetap berusaha mencari rejeki, yang kemudian digunakan
untuk membantu orang- orang yang lebih membutuhkan. Maka ia dikenal sebagai
wali dermawan. Diantara ajaran- ajarannya, yang terkenal adalah sebagai berikut
:
Berilah tongkat
bagi yang buta
Berilah makan
bagi yang kelaparan
Berilah pakaian
bagi yang telanjang
Berilah tempat
berteduh kepada yang kehujanan
Sunan Drajat menggunakan kesenian daerah untuk berdakwah. Di museumnya, tersimpan seperangkat gamelan yang pernah dipakainya. Sunan Drajat juga telah menciptakan Gending Pungkur yang hingga kini masih disukai orang- orang Jawa. Maksud ajaran Sunan Drajat itu adalah :
Pertama, agar
kita sebagai manusia suka memberi petunjuk kepada yang kita tidak tahu atau
tidak mengerti suatu hal. Memberikan pengertian dengan sabar dan telaten adalah
satu cara yang harus digunakan orang tua dan guru untuk mendidik anak- anak.
Kedua, hendaklah
kita dengan tulus ikhlas memberi pertolongan kepada yang miskin atau kekurangan
makan, tanpa memperhatian suku, agama, asal-usul dan keturunan. Bantuan itu,
Insya Allah, akan menghindarkan orang dari perbuatan jahat yang dilarang agama.
Ketiga, ialah
ajakan bagi orang yang belum berperilaku sopan santun dan lemah lembut. Dalam
kehidupan sehari – hari, kita tentu sering menemui orang yang kasar, kurang
sopan, tidak acuh pada orang lain dan suka mementingkan diri sendiri. Menjadi
tugas kitalah untuk memberi contoh bagaimana bersikap saying, sopan dan
menghargai orang lain.
Keempat ialah
bila ada orang yang ditimpa bencana, kesulitan atau menderita kekurangan,
hendaklah kita dengan senang hati memberi bantuan dan perlindungan.
Sesungguhnya,
empat ajaran Sunan Drajat adalah hal- hal yang perlu dilaksanakan setiap orang.
Pemeluk agama apa pun seyogyanya berusaha untuk melaksanakan ajaran itu.
Terlebih- lebih para orang tua, guru, maupun para pemimpin, agar mereka dapat
menjadi teladan bagi anak- anak dan rakyat kecil.
A
|
dik- adik,
hendaklah kita selalu menunjukkan sikap dermawan, kasih saying, mau membantu
orang yang menderita dan bersedia memberikan bimbingan kepada orang yang belum
mengetahui kebenaran yang hakiki.
0 komentar:
Posting Komentar