A
|
dik- adik, siapa
yang pernah mengunjungi Provinsi Jawa Timur? Ya, Betul ! Yang nama ibukotanya
Surabaya. Tahukah kalian, dahulu kala di
ujung Jawa Timur ada sebuah kerajaan kecil yang berdaulat penuh. Kerajaan itu sangat
terkenal karena keindahan dan kesuburan tanahnya yang bergunung dan menghadap
ke laut. Pelabuhannya pun ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai penjuru.
Kerajaan itu namanya Kerajaan Blambangan.
Kerajaan ini
dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Prabu Siung Laut. Sang Prabu memilik saudara yang cukup sakti bernama Ario Bendung, yang menjadi Adipati Asembagus.
Kedua orang kakak beradik ini memiliki watak dan perilaku yang sama yakni adil
dan bijaksana.
Prabu Siung Laut
memerintah dengan dibantu oleh seorang patih yang sangat terkenal yaitu
Jatasuro. Jatasuro ini terkenal karena ketamakannya. Ia suka merampas harta
benda penduduk berbuat asusila serta merebut istri oranng lain. Banyak gadis di
Kerajaan Blambangan telah menjadi korban perbuataannya yang jahat itu. Walaupun
demikian, tidak ada yang berani mengadu kepada Sang Prabu Siung Laut karena
takut dibunuh oelh kaki tangan Jatasuro.
Pada suatu
ketika, seluruh rakyat kerajaan Blambangan menjadi gelisah karena mendengar
kabar bahwa kerajaan mereka diserang oleh Kerajaan Mataram sudah siap
menakhlukan kerajaan mereka.
“Bagaimana
pendapatmu jika benar kerajaan Mataram
akan menyerang kita ? “tanya seorang petani.
“Jika benar
demikian terjadi , kita tidak bisa tinggal diam. Kita tidak rela Blambangan
dirampas oleh kerajaan lain. Pokoknya harus kita bela.”
“Ya,harus
demikian. Siapa mau dijajah?” ujar seorang nelayan.
Menanggapi
berita penyerangan Kerajaan Mataram
tersebut, Prabu Siung Laut mengadakan rapat khusus yang dihadiri oleh Patih
Jatasuro, Ario Bendung, Demang Panyarikan. Demang Kurantil dan lain- lain. Hal
yang diperbincangkan terutama sikap menghadapi Kerajaan Mataram dan persiapan
di bidang pertahanan. Ternyata tanggapan dari para patih membuat Prabu Siung
Laut bangga karena para patih bersama laskarnya masing- masing merasa siap
untuk memberikan pertahanan untuk membela Kerajaan Blambangan.
Baginda
memerintahkan kepada Demang Panyarikan agar mengumumkan kepada seluruh Kerajaan
Blambangan bahwa kerajaan dalam bahaya. Penjagaan pun ditingkatkan, senjata-
senjata disiapkan. Kepada Demang
Kurantil, Baginda memerintahkan agar persediaan perbekalan mendapat perhatian.
Kebutuhan pangan pun sudah diamankan. Semua itu aman penting dan merupakan
pendukung kekuatan kita untuk menghadapi
musuh. Akhirnya setelah segala sesuati dipantau dan dibicarakan, para peserta
sidang kembali dengan penuh semangat patriotism untuk membela Kerajaan
Blambangan. Tampak Patih Jatasuro dengan langkah mantap meninggalkan tempat
sidang. Tugas- tugas yang diberikan Sang
Prabu akan dilaksanakan sebaik mungkin, guna memikat hati raja. Dalam hati
Patih Jatasuro ia berharap, sesudah memenangkan pertempuran dengan mencapai
kemenangan , Sang Prabu mau menyerahkan Sedah Merah putrinya untuk dijadikan
istri. Maklumlah, sebenarnya sudah lama Patih Jatsuro ingin mempersunting Sedah
Merah. Akan tetapi ia tidak berani mengutarakannya secara terus terang. Patih
Jatasuro berdoa kepada sang dewa agar terkabul segala harapannya. Berkali- kali
ia membakar kemenyan dan mempersembahkan saji- sajian.
Nah, adik- adik,
setelah beberapa hari mereka bersidang, rakyat dan pasukan Kerajaan Blambangan
terkejut dengan kehadiran Blambangan terkejut dengan kehadiran pasukan Kerajaan
Mataram.
“ Pasukan
Mataram datang, pasukan Mataram datang!” demikian teriak orang- orang menyaksikab
Pasukan Kerajaan Mataram memasuki Kerajaan Blambangan. Orang- orang berlarian
ke sana – kemari. Patih Jatasuro segera menuju
istana Prabu Siung Laut. Kerajaan Mataram mengirimkan pasukan ke
Blambangan di bawah pimpinan Juru Martani dan Mas Jolang, Juru Martani lalu
menyampaikan surat kepada Sang Prabu Siung Laut yang isinya memberitahukan
bahwa kedatangan mereka ke Blambangan adalah untuk menggalang persatuan. Untuk
itu, Blambangan diminta untuk menyerah kepada Kerajaan Mataram tanpa syarat.
Setelah Kerajaan
Blambangan berdiskusi tentang isi surat, akhirnya mereka setuju untuk melakukan
perlawanan, seketika itu juga terjadi pertempurangan yang sengit. Anak panah
bersimpang siur di udara. Gaduh riuh suara gertak dan jerit kesakitan,
menggiring pertempuran itu. Tak ada belas kasihan dalam pertempuran itu. Mayat
para pria pasukan bergelimpangan di sana-sini. Akhirnya pasukan Mataram tak
kuasa menahan gempuran pasukan Blambangan, dan Juru Martani memberikan aba- aba
untuk mundur kepada seluruh pasukannya. Mas Jolang, salah satu pimpinan pasukan
Mataram lari menyelamatkan diri.
Tanpa disadari
Mas Jolang justru lari ke arah istana Kerajaan Blambangan. Tiba- tiba tampak
seorang gadis cantik jelita sedang membuka pintu hendak menuju ke taman untuk
menikmati keindahan. Tak sengaja, empat mata saling bertemu, akhirnya mereka
saling berkenalan. Mas Jolang diam dan termenung lalui ia ingat akan peristiwa
peperangan yang sedang berkecamuk, dadanya mulai bergetar ketakutan dan mohon
pamit hendak meninggalkan keputren. Tetapi sang putrid bersedia memberikan
tempat persembunyian untuk Mas Jolang dan mereka diam- diam menjalin kasih.
Lama- kelamaan Sang Prabu mengetahui perbuataan mengetahui perbuatan anaknya,
dan mengancam akan membunuh Mas Jolangm tetapi Sedah Merah menghalangi dan
mengaku sudah mengandung selama 3 bulan. Karena sayang terhadap anaknya,
akhirnya Sedah Merah dinikahkan dengan Mas Jolang secara diam- diam.
Patih Jatasuro
terkejut mendengar bahwa Sedah Merah telah dinikahkan dengan Mas Jolang. Jatasuro ingin membunuh Mas Jolang tetapi Mas
Jolang sudah pergi, lalu Jatasuro membunuh Sedah Merah dan memfitnah bahwa
Sedah Merah telah dibunuh oleh Pasukan Mataram. Mendengar berita tersebut Ario
Bendung ingin membunuh Juru Martani. Tetapi Juru Martani menjelaskan bahwa yang membunuh Sedah Merah
sebenarnya adalah Jatasuro. Ario Bendung
langsung mencari dan menghabisi Jatasuro. Sejak itu Ario Bendung mundur dari
jabatan adipati dan pindah ke Karanganyar menjadi pandai besi. Banyak orang
datang memesan senjata, termasuk putra
Sedah Merah, dan tanpa diketahui Putra Sedah Merah ternyata sudah lama membina
kasih dengan Sekar, putrid Ario Bendung. Lalu mereka melangsungkan pernikahan.
Dengan pernikahan itu penyatuan Mataram dengan Blambangan tidak menemui kendala
lagi.
Untuk
mendapatkan sesuatu sebaiknya kita berusaha dengan jujur. Bukan dengan
caramemfitnah seperti yang dilakukan oleh Jatasuro. Cinta kasih yang suci bisa
tumbuh di hati siapa saja, bahkan di hati pihak yang berselisih. Selesaikan
perseteruan dengan cara damai.
0 komentar:
Posting Komentar