A
|
dik-
adik, kali ini kakak ingin bercerita kisah dari kota Padang, persisnya di
sebelah Selatan. Di sana terdapat pantai dan namanya Pantai Air Manis. Di
pantai itu terdapat bukit yang menjorok ke laut, yang kaki bukitnya terdiri
dari batu- batu besar. Konon batu- batu besar itu adalah kapal Malin Kundang
yang terdampar.
Alkisah
Malin Kundang adalah anak tunggal seorang nelayan Pantai Air Manis. Sebelum
lahir, Malin Kundang telah ditinggal pergi ayahnya, dan dia diasuh oleh ibunya.
Malin selalu dikundang- kundang, artinya di bawa kemana saja pergi . Oleh
karena itu Malin dipanggil orang dengan nama Malin Kundang.Ibunya sangat
menyayangi Malin Kundang. Malin mempunyai ciri luka di keningnya akibat pernah
terjatuh dan kepalanya terbentur kayu. Luka dikeningnya tetap berbekas sampai
ia dewasa.
Setelah dewasa,
Malin Kundang minta ijin kepada ibunya untuk pergi merantau. Ibunya mengijinkan
dengan hati yang amat berat. Ia pun dibekali bungkusan nasi oleh ibunya.
“Oh Tuhan,
lindungilah anak hamba dalam perjalanan,” ibu Malin Kundang memohong kepada
Yang Maha Kuasa.
Demikianlah,
pada suatu hari yang cerah di lepas p[antai tampak sebuah kapal mewah mendekat.
Kapal itu bukan sembarang kapal. Kapal itu bertingkat- tingkat.
“Hore ! Hore !”
teriak penduduk Pantai Air Manis gempar. Mereka mengira kapal itu milik raja
atau pangeran.
“Bukan main
gembiranya mereka menyambut kedatangan kita,” ujar istri Malin Kundang sambil
memeluk suaminya. Penduduk pantai Air Manis tak henti- hentinya mengelu-elukan
kedatangan Malin Kundang. Mereka saling berdesak-desakan ingin melihat wajah
kedua orang yang berdiri di anjungan kapal dengan pakaian berkilauan tertimpa
cahaya matahari.
“Anakku, Malin
Kundang !” seru Ibu Malin Kundang sambil menahan isak tangis. Malin Kundang
terpana melihat wanita tua yang langsung memeluknya.
“Wanita buruk
ini, istri kanda?” kata istri Malin Kundang dengan nada kecut. Mendengar kata
istrinya, Malin Kundang langsung mendorong wanita tua, yang peyot, bongkok,
hingga terguling ke pasir.
“Ibuku tidak
jelek seperti engkau !” seru Malin Kundang sambil menendangnya. Istri Malin
Kundang pun meludahinya. “ Ciiih .“
Banyak orang
terpana, kemudian pulang ke rumah masing- masing. Ibu Malin Kundang pingsan dan
terbaring sendirian.Setelah siuman, ibu Malin Kundang melihat kapal Malin
Kundang berada di kejauhan. Hatinya pedih bagaikan ditusuk- tusuk. Kemuadian ia
menengadahkan tangannya ke atas dan berseru,” Tuhan Yang Maha Kuasa, kalau
memang benar dia anakku, Malin Kundang, aku sumpahi dia menjadi batu.”
Tak lama kemudian
datanglah badai besar disertai ombak bergulung- gulung dengan bunyi dahsyat membahana. Kejadian itu berlangsung
sampai tengah malam. Ketika matahari pagi mulai tampa, badai besar itu pun
reda. Di kaki bukit pantai
terlihat kepingan kapal yang telah
menjadi batu. Malin Kundang, si anak durhaka telah terkena sumpah dan menjadi
batu. Di sela- sela batu berenang ikan –ikan. Konon ikan- ikan tersebut berasal
dari tubuh sang istri Malin Kundang yang mencari Malin Kundang. Sedang suara yang memilukan hati berasal dari teriakan
dan ratap tangis Malin Kundang yang
meminta ampun kepada ibunya.
A
|
dik- adik, Malin
Kundang si anak durhaka telah terkena sumpah ibunya dan menjadi batu.
Demikianlah contoh nasib seorang anak yang tidak menghormati orang tuanya.
Hormatilah orang tuamu dalam segala hal, dan menerima mereka apa adanya. Bila
tidak, betapa tidak tahu dirinya kita dan disebut anak durhaka.
0 komentar:
Posting Komentar