RSS

Hantu Laut Datuk Jerampang


A
dik- adik, siapa yang suka menonton film horror ? Yang ada hantunya dan membuat kita ketakutan dan merasa dek-dekan. Konon, berabad- abad yang lalu di perairan Pulau Batam, bergentanyanganlah hantu laut. Mereka bernama Datuk Jerampang, istrinya bernama Mak Ungkai, sedang anaknya bernama Awang Jangkung. Ketiga makhluk haluis tersebut selalu menggangu pelayaran, terutama para nelayan.
“Rasakanlah para nahkoda dan para nelayan ! Akan kutenggelamkan kapal maupun perahumu!” ancam Datuk Jerampang.
“Ya. Aku pun akan meyebar ikan berbisa !” sahut Mak Ungkai.
“Siapa yang berlayar di perairan ini, akan kuhancurkan kapal maupun perahunya!” tantang si Awang Jangkung.

Apa yang dikatakan ketiga makhluk halus itu, menjadi kenyataan. Perairan yang semula tenang, aman dan damai, menjadi menyeramkan dan menakutkan. ”Datanglah angin ribut dan gelombang dahsyat!” teriak Datuk Jerampang. Dalam sekejab angin ribut dan arus bergelombang datang dan meneggelamkan apa saya yang ditemui di perairan itu.
“Tolong ! Tolong !” teriak para penumpang kapal maupun para nelayan yang sedang berlayar di perairan. Dalam sekejap kapal maupun perahu digulung ombak ganas dan tenggelam ke dasar laut. Ada juga yang terhempas ke pantai dan hancur berantakan. Itulah perbuatan jahat hantu laut Datuk Jerampang.

Paling dahsyat lagi anak hantu laut, si Awang Jangkung. Setiap malam ia selalu berenang ke sana kemari sambil membelakkan matanya yang merah menyala. Kadang- kadang matanya menyala yang terdiri  dari ribuan lentera.
“Lihat, kita sudah hampir sampai ke pelabuhan!” seru nakhoda kepada awak kapalnya. “ Bagus. Berarti kita akan segera mendarat.,” salah seorang awak kapal menyahut. Maka, kapal segera dialihkan ke pelabuhan yang dimaksud. Kapal pecah berantakan menghantam batu karang. Mereka terkecoh, dikiranya ribuan lentera yang menyala itu pelabuhan. Padahal laut berkarang yang siap menelan mangsa.

Sejak kejadian itu, hampir tiap malam ternak penduduk banyak yang mati mengenaskan. Kerbau, sapi, kambing, itik, bahkan burung piaraanpun mati dengan cara yag sama. Isi perut diambil. Maka, seluruh penduduk kampong mengadakan ronda malam. Tetapi pencuri maupun orang yang berbuat jahat tidak ditemukan apalagi ditangkap.
“Hem, pasti perbuatan makhluk halus,” kata seorang peronda kepada temannya.
“Apakah mungkin ada hubungannya dengan para nelayan yang saat inipun diganggu makhluk halus?”kata temannya setengah bertanya. Setiap malam, suasana kampong semakin mencekam. Hanya suara lolongan anjing yang terdengar.Penduduk pun tidak berani keluar rumah. Ronda malam dihentiakan, karena kuatir menjadi sasaran serangan makhluk halus jahat.

Akibat perbuatan jahat ketiga hantu laut itu, maka putuslah seluruh mata pencaharian penduduk. Para nelayan tidak berani melaut. Keadaan ini mengakibatkan bahaya kelaparan dan penyakit merajalela. Waduh, kasihan mereka ya adik- adik. Gangguan dari ketiga hantu laut itu berlangsung secara berbulan- bulan dan tak kunjung reda.
“Mari kita mohon kepada Yang Maha Kuasa, semoga cobaan ini cepat berlalu,” ajak seorang penduduk untuk berdoa.

Pada suatu pagi, ada seorang nelayan melihat perah asing terdampar di pantai. Segeralah ia memberitahukan kepada seluruh penduduk kampong.
“Jangan didekati perahu itu. Siapa tahu, perahu itu berisi hantu yang akan melenyapkan kampong kita,” kata seorang penduduk penuh kekuatiran. Namun, ada juga yang memberanikan diri mendekatinya. Dilihatnya di dalam perahu ada orang yang sedang terkapar dan kelaparan. Setelah itu baru mereka berani secara beramai- ramai mendekatinya.

“Betapa pun kita sedang dalam keadaan susah, kita harus menolong orang yang perlu bantuan,”kata Kepala Kampung. Maka, orang yang dalam keadaan pingsan itu diangkat dan dirawat. Setelah ia siuman, segera diberi makan dan minum.
“Nama saya Syeh Johan,” orang itu memperkenalkan diri dengan suara lemah. “Atas budi baik kalian, pantaslah sedpat mungkin saya membalasnya,” tambahnya. Syeh Johan tahu bahwa penduduk kampong sedang diganggu hantu laut. Ia pun berusaha mengusirnya.

“Datuk Jerampang, Mak Ungkai, dan Awang Jangkung! Jangan kau ganggu dan merusak mata pencahrian penduduk ini Atas nama Yang Maha Kuasa, kau harus menyingkir dari tempat ini ! Kalau tidak, kau akan segera kubinasakan!” ucap Syeh Johan sambil tangannya menengadah ke atas.
Mendengar permintaan Syeh Johan, ketiga hantu laut segera pergi dan tidak bergentayangan di perairan Pulau Batam. Sejak itu, nama Syeh Johan dikenang sebagai sosok keramat hingga saat ini.

A
dik- adik yang baik hatinya, perbuatan jahat pasti di suatu saat akan terkena balasannya. Hal ini dialami oleh ketiga hantu laut yang selalu merugikan penduduk di Peraiaran Pulau Batam. Mereka diusir oelh Syeh Johan agar segera meninggalkan tempat tinggalnya. Di sisi lain,orang yang menolong orang yang sedang kesusahan, juga akan menerima balasan. Mereka yang telah menolong Syeh Johan, dibalas olehnya dengan menolong penduduk dari gangguan hantu laut.

0 komentar:

Posting Komentar