RSS

Putri Nilarani


D
ahulu kala di Propinsi Jawa Barat ada sebuah negeri bernama Kerajaan Pasir Batang. Rajanya bernama Marundata. Ia mempunyai seorang putrid cantik bernama Nilarani. Ada sebuah peristiwa aneh yang menimpa keluarga raja. Putri Nilarani hilang tanpa meninggalkan jejak. Sejak itu seluruh penghuni Istana Kerajaan menjadi risau. Raja Marundata mengerahkan seluruh prajurit untuk mencari Putri Nilarani tetapi hasilnya nihil. Untuk itu, Raja Marundata mengadakan sayembara.
“Barang siapa yang dapat menemukan Putri Nilarani. Kalau dia laki- laki, akan dinikahkan dengan putrid. Kalau dia wanita, akan diangkat sebagai saudara dan dihargai seperti layaknya seorang Puteri Kerajaan. “

Setelah sayembara diumumkan, maka berdatanganlah para kesatria dari berbagai kerajaan. Ada seorang Putera MAhkota Kerajaan Gantar Buana bernama Pangeran Sumirat. Ia tampan dan gagah perkasa. Ia merasa sedih mendengar nasib Putri Nilarani. Betapapu ia tidak mengikuti sayembara, namun berusaha menemukan sang Putri.
Pangeran Sumirat beserta Ki Bela seorang abdi setianya meninggalkan Kerajaan Gantar Buana mencari Putri Nilarani. Pada suatu hari, mereka tiba di sebuah kampong termasuk wilayah Kerajaan Pasir Batang.
“Hari sudah gelap, hamba mohon agar tuan- tuan jangan meneruskan perjalanan. Sebab di daerah ini tidak aman. Gerombolan perampok selalu mengancam penduduk desa,” kata seorang penduduk. Dijelaskan pula bahwa pemimpin gerombolan perampok bernama  Bardata.

Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengikuti permintaan penduduk desa itu. Lalu mencari penginapan. Ketika hendak memasuki sebuah penginapan, seorang lelaki berwajah buruk menghadangnya.
“Harta atau nyawa! Bentak lelaki berwajah buruk itu. Dialah Bardata. Melihat gelagat yang kurang mengungkan itu, Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengambil sikap waspada. Dalam sekejap Pangeran Sumirat dna Ki Bela dikepung oleh puluhan lelaki ganas dan bersenjata. Mereka anak buah Bardata.
“Kalian tak mungkin keluar dari sarangku!” ancam Bardata.
“Cepat bereskan!” tambahnya.
Terjadilah pertarungan seru.

Pangeran Sumirat adalah Putra Mahkota Raja. Ia telah digembleng dengan berbagai ilmu kesaktian. Demikian pula Ki Bela. Ia bukan sembarang abdi. Ilmu bela diri dan ilmu perangnya cukup hebat, walaupun tak sehebat Pangeran Sumirat.
“Cincang kedua orang itu !”teriak anak buah Bardata. Menerima serangan dari puluhan anak buah Bardata,Pangeran Sumirat  dan Ki Bela mengamuk bagai benteng terluka. Haya dalam tempo singkat, puluhan anak buah BArdata terkapar. Melihat keadaan itu Bardata menggigil ketakutan. Ia pun melarikan diri. Namun, dihadang Ki Bela. Terjadilah pergumulan seru. Tendangan maut Ki Bela berhasil menghentikan perlawanan Bardata. Bardata tewas. Penduduk desa mengucapkan terima kasih atas jasa Pangeran Sumirat dan Ki Bela yang telah membunuh perampok yang sangat ditakuti itu.

Pagi hari sekali, Pangeran Sumirat dan Ki Bela melanjutkan perjalanan. Mereka tiba desa Banyubiru. Kebetulan hari itu hari pasar. Pandangan mereka dikejutkan oleh kedatangan seorang gadis berkulit hitam legam sedang membeli ramuan di sebuah kios.
“Kalau kulitnya tidak hitam legam, dia sebenarnya gadis cantik. Hem, mari kita selidiki siapa dia sebenarnya,” kata Pangeran Sumirat kepada Ki Bela. Merasa ada yang memperhatikan dengan berlebihan, gadis hitam legam itu segera meninggalkan kios. Pangeran Sumirat dan Ki Bela sangat berhati – hati mengikuti perjalanan gadis hitam legam itu.
Gadis hitam legam itu tiba di sebuah gubuk. Pangeran Sumirat dan Ki Bela mengendap- endap mengintai apa yang terjadi di dalam gubuk.
“Kau telah melaksanakan tugas dengan baik,” kata seorang Nenek keriput yang berwajah seperti tengkorak. Dialah dikenal dengan sebutan Nenek Sihir. 
Adik- adik, ternyata dia yang menculik Putri Nilarani, karena Raja Marundata telah nyaris membinasakan cucunya bernama Duruwiksa. Adapun ramuan obat akan digunakan untuk mengobati luka- luka cucunya itu.
Tidak beberapa lama kemudian, datanglah seorang laki- laki bertampang garang. Ia segera memberitahukan bahwa para pengikut sayembara yang diadakan Raja Marundata diikuti oleh para kesatria sakti dari berbagai kerajaan.
“Persetan dengan mereka!” kata Nenek Sihir itu.
“Kau tidak usah kuatir, pasti Nilarani tidak akan ditemukan!”lanjutnya.
Dijelaskan pula bahwa Putri Nilarani, kulitnya tetap hitam legam. Kecuali dia minum eamuan dari dalam kendi yang disimpan  rak paling atas di dalam ruangan itu.

“Sekarang saatnya kita menolong gadis hitam legam itu ternyata putrid NIlarani itu!” bisik Pangeran Sumirat. Ki Bela mengangguk. Segeralah mereka mendobrak pintu gubuk. Penghuni gubuk itu sangat terkesiap dan segera mengadakan perlawanan. Terjadilah pertarungan sengit. PAngeran Sumirat dan Ki Bela membahu meredam serangan Nenek SIhir dan anak buahnya. Dalam suatu tendangan mematikan yang dilakukan  Pangeran Sumirat mengenai dada Nenek Sihir secara telak. Ia pun jatuh terpelanting dan jatuh di atas tungku berapi. Api tungku berkobar. Gubuk pun terbakar. Pangeran Sumirat dan Ki Bela segera membawa gadis hitam legam dari dalam gubuk. Namun sebelum keluar gubuk, Ki Bela berhasil mengambil kendi berisi ramuan yang dapat memulihkan Putri Nilarani seperti yang dijelaskan Nenek Sihir.

Setelah mencari tempat yang aman, gadis hitam legam segera minum ramuan dari dalam kendi. Sungguh aneh. Tubuhnya menggigil dan lalu  pingsan. “Apakah Ki Bela tidak slah mengambil kendinya?”tanya Pangeran Sumirat bernada kuatir.
“Tidak” kata Ki Bela yakin.
Tubuh gadis legam menjadi kaku. Dan tiba-tiba mengepul asap kebiru-biruan. Dan kemudia peluh membasahi tubuhnya. Tetapi, perlahan –lahan warna kulit hitam itu luntur, berubah menjadi kuning langsat. Ternyata tidak lain, dialah Putri Nilarani. Ia pun sadar dan menatap wajah Pangeran Sumirat dan Ki Bela.

Saya ucapkan terima kasih atas pertolongan Pangeran dan Ki Bela,”kata Putri NIlarani terbata.
“Berterima kasihlah pada Sang Dewata. Karena kehendakNya kau bisa pulih seperti sedia kala,”jawab pangeran Sumirat merendah. Putri NIlarani mohon diantar pulang ke istana Kerajaan Batang. Raja Marundata bersama permaisuri menyambut gembira atas kedatangan putrinya. Apalagi diantar oleh seorang kesatria yang gagah perkasa. Raja Marundata tidak ingkar janji dengan sayembara yang diumumkannya. Akhirnya Putri Nilarani menikah dengan Pangeran Sumirat. Mereka pun menjadi suami istri yang berbahagia dan sejahtera sampai akhir hayat.

P
erbuatan jahat, betapapun dirahasiakan ataupun disembunyikan, akhirnya dapat diketahui juga. Sekian cerita kakak kali ini. Sampai berjumpa pada cerita dari daerah lain.











0 komentar:

Posting Komentar